Rabu 14 Sep 2022 20:35 WIB

Kremlin: Eropa Bukan Satu-Satunya Konsumen Gas Rusia

Eropa bukan satu-satunya konsumen gas alam dan bukan satu-satunya yang membutuhkan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Eropa bukan satu-satunya konsumen gas alam dan bukan satu-satunya benua yang membutuhkan gas alam
Foto: AP Photo
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Eropa bukan satu-satunya konsumen gas alam dan bukan satu-satunya benua yang membutuhkan gas alam

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia mengecilkan dampak dari hilangnya pemasukan dari ekspor gas ke Eropa. Menurut Moskow, Benua Biru bukan satu-satunya konsumen komoditas gas Rusia.

"Eropa bukan satu-satunya konsumen gas alam dan bukan satu-satunya benua yang membutuhkan gas alam. Ada wilayah yang berkembang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat. Mereka dapat mengimbangi permintaan (yang berkurang) untuk gas (Rusia) di Eropa, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan dalam panggilan konferensi, Rabu (14/9).

Saat ini Rusia juga sedang menangguhkan pasokan gasnya ke Eropa lewat pipa Nord Stream. Moskow beralasan penangguhan dilakukan karena adanya pekerjaan perbaikan pada infrastruktur Nord Stream. Namun beberapa negara Eropa, terutama Jerman, telah menuduh bahwa penangguhan pasokan gas oleh Rusia merupakan langkah politik. Dalam konteks ini, Moskow dituding ingin “membalas” negara-negara Eropa karena mendukung Ukraina.

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mengatakan, dia yakin negaranya dapat bertahan menghadapi musim dingin yang akan datang di tengah krisis pasokan energi. Scholz mengungkapkan, pemerintahannya akan terus bergerak untuk secepat mungkin melepaskan ketergantungan pasokan energi dari Rusia. Dia menyebut, saat ini Jerman tidak hanya berlomba mengisi tangki penyimpinan gasnya, tapi juga mempercepat pembangunan untuk menerima gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).

“Karena kita memulai begitu dini, ketika hal itu bahkan tidak menjadi sebuah kesadaran masalah besar di Jerman. Kita sekarang berada dalam situasi di mana kita dapat menghadapi musim dingin dengan gagah dan berani. Negara kita dapat bertahan,” kata Scholz saat berbicara di parlemen Jerman 7 September lalu.

Dia mengungkapkan, pemerintahannya telah menjalin komunikasi dengan sejumlah negara sahabat, seperti Belanda dan Belgia, agar mereka memperluas terminal LNG dan kapasitas pipa dengan Prancis. Dengan demikian, mereka dapat menyuplai gas ke Jerman. “Apa yang telah kami capai dengan terminal di utara dan dengan terminal di pantai Eropa barat Jerman, kami akan menjamin pasokan energi yang aman untuk Jerman,” ucapnya.

Penangguhan pasokan gas oleh Rusia telah memicu kenaikan harga komoditas tersebut di Eropa. Sejumlah negara di sana telah menyerukan warganya menghemat pemakaian gas. Terlebih Eropa akan segera menghadapi musim dingin.

Uni Eropa sudah menjatuhkan setidaknya enam paket sanksi terhadap Rusia sejak mereka menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu. Sanksi tersebut termasuk pelarangan impor minyak dan batu bara serta ekspor barang-barang mewah. AS menerapkan sanksi serupa. Washington telah melarang impor minyak dan gas dari Rusia. Tak hanya itu, Negeri Paman Sam juga memboikot komoditas laut, minuman beralkohol, dan berlian asal Rusia.

Uni Eropa bersama AS dan Inggris juga mendepak Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia. SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.

Sebagai balasan, Rusia menerapkan larangan ekspor terhadap lebih dari 200 produknya. Larangan yang akan diberlakukan hingga akhir tahun tersebut mempengaruhi setidaknya 48 negara, termasuk AS dan Uni Eropa. Barang yang tercakup dalam larangan ekspor antara lain peralatan atau perangkat telekomunikasi, produk medis, kendaraan, peralatan listrik, pertanian, serta beberapa produk kehutanan seperti kayu.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement