REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif berjanji kepada para korban banjir mendapatkan bantuan untuk membangun kembali rumah dan kembali ke kehidupan sebelumnya setelah banjir menghancurkan negara itu. Setengah juta orang tinggal di kamp-kamp setelah mengungsi dari banjir yang menghancurkan 1,7 juta rumah.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda secara finansial sehingga Anda dapat membangun kembali rumah dan kembali ke kehidupan normal," ujar Sharif mengatakan kepada beberapa keluarga yang tinggal di tenda dan rumah darurat di kota Suhbatpur di Baluchistan pada Rabu (14/9/2022).
Sejauh ini, prioritas pemerintah adalah mengirimkan makanan, tenda, dan uang tunai kepada para korban. Banjir telah menewaskan 1.481 orang sejak pertengahan Juni dan mempengaruhi 33 juta warga.
"Mereka yang kehilangan rumah dan hasil panen akan mendapatkan kompensasi dari pemerintah," ujar Sharif dalam komentar yang disiarkan televisi.
Sharif juga menjanjikan kepada puluhan anak sekolah yang sedang belajar di tenda dengan bantuan dari badan anak-anak PBB UNICEF di kota Suhbatpur, bahwa mereka akan mendapatkan sekolah baru dalam dua bulan ke depan. "Pakistan tidak pernah menyaksikan kehancuran besar yang disebabkan oleh iklim seperti itu,” kata Sharif dalam pertemuan para pengacara di Islamabad.
“Sangat menyakitkan melihat desa, kota, dan kota tergenang," ujarnya.
Bahkan, menurut Sharif, menyediakan air minum bersih bagi masyarakat yang terkena dampak banjir menjadi tantangan tersendiri.
Banjir telah menghancurkan 70 persen gandum, kapas, dan tanaman lainnya di Pakistan. Awalnya, Pakistan memperkirakan bahwa banjir menyebabkan kerusakan senilai 10 miliar dolar AS, tetapi sekarang pemerintah mengatakan korban ekonomi jauh lebih besar.
PBB telah mendesak masyarakat internasional, terutama mereka yang bertanggung jawab atas perubahan iklim, untuk mengirim lebih banyak bantuan ke Pakistan. Beberapa ahli telah menyalahkan perubahan iklim atas kerusakan terkait hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Pakistan.
Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman mengatakan pada pertemuan anggota parlemen dari Asia Pasifik di Islamabad, saat ini seluruh dunia sedang menghadapi ancaman dari perubahan iklim yang. Dia menegaskan dampaknya tidak mengenal batas. Rehman menyerukan pengurangan emisi untuk menyelamatkan negara lain dari kerusakan yang dihadapi negaranya sekarang.