REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS – Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan, negaranya siap menyuplai komoditas minyak dan gasnya ke pasar global. Konflik Rusia-Ukraina diketahui telah memicu gangguan rantai pasokan energi dunia.
“Venezuela siap dan bersedia untuk memenuhi peran serta pasokannya, dengan cara yang stabil dan aman, pasar minyak dan gas yang dibutuhkan ekonomi dunia,” kata Maduro saat menerima kunjungan Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Haitham al-Ghais, Rabu (14/9/2022).
Maduro menegaskan bahwa industri minyak negaranya telah pulih. Dia pun mengutuk krisis energi yang terjadi akibat sanksi terhadap Rusia. Menurutnya, sanksi tersebut tak dapat dibenarkan. Maduro adalah segelintir tokoh yang memberi dukungan kepada Moskow setelah mereka memutuskan melancarkan agresi militer ke Ukraina.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Caracs, Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais menyebut, saat ini organisasinya menghadapi tantangan yang lebih serius dan kritis. Tantangan semacam itu belum pernah dihadapi OPEC sejak didirikan 62 tahun lalu.
Terlepas dari klaim Maduro tentang sudah pulihnya industri minyak Venezuela, tingkat produksi minyak negara tersebut tengah merosot ke posisi terendah dalam sejarah. Saat ini Venezuela hanya menghasilkan 700 ribu barel minyak per hari. Jumlah itu sangat kecil jika dibandingkan 20 tahun lalu yang mencapai 2,3 juta barel per hari.
Anjloknya produksi minyak Venezuela disebabkan minimnya investasi dan pemeliharaan selama bertahun-tahun. Sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap pemerintahan Maduro turut berperan atas terjadinya hal tersebut. Pada 2019, Washington, yang menghendaki Maduro lengser dari kekuasaan, mencegah Venezuela memperdagangkan minyak mentahnya di pasar AS. Ekspor minyak menyumbang 96 persen dari pendapatan Venezuela.