REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Presiden Chile, Gabriel Boric, menolak credential letter atau surat kepercayaan dari Duta Besar Israel yang baru, Gil Artzyeli. Penolakan ini karena Israel membunuh warga Palestina dalam setiap peningkatan eskalasi.
Artzyeli dijadwalkan untuk menyerahkan surat kepercayaannya kepada Boric pada Kamis (15/9/2022). Tetapi pemerintah Chile telah menyampaikan pemberitahuan bahwa upacara penyerahan surat kepercayaan itu telah dibatalkan.
Dilansir Middle East Monitor, Sabtu (17/9/2022) upacara penyerahan surat kepercayaan dari duta besar Israel dilaporkan telah diundur ke bulan depan. Selain itu, Artzyeli mengklaim Kementerian Luar Negeri Chile telah meminta maaf kepada dirinya dan kepada pemerintah Israel atas insiden penolakan ini.
Chile adalah rumah bagi sekitar setengah juta imigran Palestina, yang sebagian besar beragama Kristen. Boric terpilih menjadi presiden tahun lalu, dan dikenal sebagai pendukung Boycott, Divestment and Sanctions (BDS). Boric berkampanye untuk memboikot barang, jasa, dan produk dari pemukiman ilegal Israel.
Menurut Ynet News, penolakan itu terjadi karena Israel membunuh anak-anak dalam eskalasi terbaru di wilayah pendudukan Tepi Barat dan peningkatan aktivitas militer Israel terhadap warga Palestina. Pasukan pendudukan Israel membunuh seorang remaja Palestina dalam sebuah serangan fajar.
Uday Trad Salah yang berusia tujuh belas tahun tewas ketika pasukan Israel menyerbu Kota Kafr Dan, di Distrik Jenin. Dia tewas akibat tembakan di kepala.
Uday Trad Salah adalah satu dari tiga warga Palestina yang ditembak oleh pasukan Israel. Dia dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian. Kementerian Kesehatan Palestina mengkonfirmasi bahwa, pembunuhan terhadap Salah telah meningkatkan jumlah orang Palestina yang dibunuh oleh Israel tahun ini menjadi 149 orang.
Hampir setiap hari tentara Israel melakukan serangan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Israel mengklaim bahwa mereka melakukan serangan untuk tujuan intelijen.
Tetapi kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam praktik tersebut. Mereka bersikeras bahwa tujuan Israel melakukan serangan adalah untuk menindas dan mengintimidasi penduduk Palestina, serta meningkatkan kontrol atas negara Israel.