Ahad 18 Sep 2022 10:54 WIB

Intelijen Militer Amerika Serikat: Putin Gagal di Perang Ukraina  

Presiden Rusia Vladimir Putin disebut gagal capai tujuan di Perang Ukraina

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Sebuah gedung apartemen meledak setelah tank tentara Rusia menembak di Mariupol, Ukraina (ilustrasi). Presiden Rusia Vladimir Putin disebut gagal capai tujuan di Perang Ukraina
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Sebuah gedung apartemen meledak setelah tank tentara Rusia menembak di Mariupol, Ukraina (ilustrasi). Presiden Rusia Vladimir Putin disebut gagal capai tujuan di Perang Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kemunduran dan sumber daya yang meluas di Ukraina menunjukkan pasukan Rusia tidak mampu mencapai tujuan awal Presiden Vladimir Putin. 

Direktur Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Letnan Jenderal Scott Berrier, menyatakan Putin dinilai sudah tidak bisa melakukan hal yang awalnya telah direncanakan. 

Baca Juga

“Kami sampai pada titik sekarang di mana saya pikir Putin harus merevisi apa tujuannya untuk operasi ini,” ujar Berrier. 

Amerika Serikat menyatakan, Putin mengirim pasukan ke negara tetangga Ukraina pada Februari dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintah Ukraina yang bersahabat dengan Barat. 

Pasukan Ukraina mengusir pejuang Rusia dari posisi mereka di sekitar ibu kota Ukraina pada awal perang. 

Rusia juga mengalami kemunduran besar lainnya pekan lalu, ketika serangan balasan Ukraina memaksa pasukannya mundur dari wilayah timur laut Ukraina. 

"Rusia merencanakan pendudukan, belum tentu invasi, dan itu telah membuat mereka mundur,” kata Berrier mengutip keengganan Putin sejauh ini untuk sepenuhnya memobilisasi pasukan Rusia untuk mendapatkan lebih banyak tenaga kerja ke dalam pertempuran. 

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan pejabat pemerintah Amerika Serikat lainnya telah berhati-hati untuk tidak menyebut mundurnya Rusia sebagai kemenangan atau titik balik Ukraina dalam perang. 

Para analis memperingatkan bahwa tidak mungkin untuk menilai kondisi yang mungkin ada di masa depan. 

"Dia akan mengambil keputusan. Keputusan apa yang akan kami tidak tahu. Namun itu sebagian besar akan mendorong berapa lama konflik ini berlangsung,"  kata Berrier berbicara di sebuah panel Intelligence and National Security Summit  dengan pejabat senior lainnya di komunitas intelijen di National Harbor di Maryland. 

Saat ditanya tentang kekhawatiran bahwa Putin dapat melepaskan senjata pemusnah massal jika gagal di medan perang, Wakil Direktu Badan Intelijen Pusat (CIA) David Cohen mengatakan, tidak boleh meremehkan kepatuhan Putin pada agenda aslinya yang berusaha mengatur Ukraina. 

"Saya tidak berpikir kita telah melihat alasan untuk percaya bahwa dia telah pindah dari itu," ujarnya. 

Cohen menyatakan, Amerika Serikat juga tidak boleh meremehkan risiko dari nafsu Putin. 

Putin dan para pejabatnya di awal perang menyinggung persenjataan nuklir Rusia dan pembalasan besar-besaran dalam memperingatkan NATO untuk tidak terlibat dalam konflik. 

"Karena itu, kami belum melihat bukti nyata dari perencanaan penggunaan WMD,” kata Cohen merujuk pada senjata pemusnah massal. 

Secara terpisah dalam pertemuan puncak regional utama di Uzbekistan pada 16 September, Putin berjanji untuk menekan serangan terhadap Ukraina. 

Dia memperingatkan bahwa Moskow dapat meningkatkan serangannya terhadap infrastruktur negara jika pasukan Kiev menargetkan fasilitas di Moskow. 

Putin mengatakan pembebasan seluruh wilayah Donbas timur Ukraina adalah tujuan militer utama Rusia dan dia melihat tidak perlu merevisinya. "Kami tidak terburu-buru," kata pemimpin Rusia itu.  

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement