Senin 19 Sep 2022 09:46 WIB

Dukungan Terhadap Mahsa Amini Terus Meningkat

Amini tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab yang ketat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Mahsa Amini, perempuan Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab ketat.
Foto: Iran Wire
Mahsa Amini, perempuan Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Protes berlanjut dan #MahsaAmini menjadi salah satu tagar teratas yang pernah ada di Twitter berbahasa Persia. Warga Iran marah atas kematian seorang perempuan muda dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab yang ketat.

Tagar Persia #MahsaAmini telah mencapai 1,63 juta mention di Twitter pada Ahad malam. Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di sekitar University of Tehran pada Ahad. Menurut video yang beredar secara daring, mereka meneriakkan "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan".

Baca Juga

Perempuan berusia 22 tahun itu meninggal pada Jumat (16/9/2022), setelah mengalami koma usai penangkapannya di Teheran awal pekan ini. Kasus ini telah menyoroti hak-hak perempuan di Iran.

Polisi menolak kecurigaan yang ditayangkan di media sosial bahwa dia dipukuli. Pihak berwenang mengatakan, dia jatuh sakit saat menunggu dengan perempuan lain yang juga ditahan. Polisi sebelumnya mengatakan Amini mengalami serangan jantung setelah dibawa ke stasiun untuk "dididik". Kerabatnya telah membantah bahwa dia menderita penyakit jantung.

"Pihak berwenang mengatakan putri saya menderita kondisi medis kronis. Saya pribadi menyangkal klaim tersebut karena putri saya sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan," kata ayah Amini kepada situs berita pro-reformasi Emtedad pada Ahad (18/9/2022).

Tapi pihak berwenang akhirnya meluncurkan penyelidikan atas kematian Mahsa Amini. Tindakan ini dilakukan menyusul permintaan Presiden Ebrahim Raisi.

Penerapan hukum syariah Iran, perempuan diwajibkan untuk menutup rambut dan mengenakan pakaian yang panjang serta longgar. Perempuan yang melanggar menghadapi teguran publik, denda, atau penangkapan. Namun dalam beberapa bulan terakhir, para aktivis telah mendesak perempuan untuk membuka cadar meskipun tindakan keras penguasa garis keras yang menilai tindakan itu merupakan perilaku tidak bermoral.

Amini berasal dari wilayah Kurdistan negara itu dan ada juga protes sehari setelah pengumuman kematiannya, termasuk di pemakaman di kota kelahirannya Saqez.

Polisi menekan demonstrasi di Saqez. Menurut video yang diposting daring, setidaknya satu orang mengalami cedera kepala. Anggota parlemen untuk Saqez Behzad Rahimi mengatakan kepada kantor berita semi-resmi pemerintah Iran ILNA, beberapa orang terluka dalam pemakaman itu. "Salah satunya dirawat di Rumah Sakit Saqez setelah dipukul di bagian ususnya dengan bantalan bola," katanya.

Tapi, kelompok hak asasi Kurdi Hengaw mengatakan, 33 orang terluka di Saqez, meski tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement