REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Alexander Venediktov memperingatkan, perang nuklir tidak boleh dilakukan. Dia menekankan, tidak akan ada pemenang dalam perang semacam itu.
"Kami telah menyatakannya berulang kali dan kami terus menyatakan komitmen kami pada formula yang dikenal bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dipertempurkan," kata Venediktov, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Dia mengutip dokumen doktrin Rusia tentang masalah ini, termasuk dasar-dasar kebijakan negara tentang pencegahan nuklir. "Pada saat yang sama, banyak politisi Barat, tokoh masyarakat dan ahli secara teratur berani membuat pernyataan yang tidak hanya tidak bertanggung jawab. Mereka secara terbuka berbicara bahwa penggunaan senjata pemusnah massal terhadap Rusia dapat diterima," ucap Venediktov.
Venediktov kemudian menyitir ungkapan filsuf Romawi, Cicero, yang mengatakan bahwa sejarah adalah pembimbing kehidupan. “Hari ini kita membutuhkan bantuan mentor ini tidak seperti sebelumnya untuk menghindari kesalahan tragis. Dalam kasus senjata nuklir, kesalahan seperti itu dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diubah,” tuturnya.
Awal bulan ini, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi mengatakan, ada ancaman Rusia menggunakan senjata nuklir di negaranya. Menurut Zaluzhnyi, hal itu nantinya bisa memicu Perang Dunia III.
“Ada ancaman langsung penggunaan, dalam keadaan tertentu, senjata nuklir taktis oleh angkatan bersenjata Rusia. Juga tidak mungkin untuk mengesampingkan kemungkinan keterlibatan langsung negara-negara terkemuka dunia dalam konflik nuklir ‘terbatas’, di mana prospek Perang Dunia III sudah terlihat secara langsung,” tulis Zaluzhnyi dalam sebuah artikel yang ditulisnya bersama anggota parlemen Ukraina Mykhailo Zabrodskyi dan diterbitkan di kantor berita Ukraina, Ukrinform, 7 September lalu.
Bertolak dari asumsi tersebut, Zaluzhnyi dan Zabrodskyi menilai, perang di negaranya masih akan berlangsung hingga tahun depan. Ukraina pun perlu mencocokkan jangkauan serangan senjata Rusia untuk mengubah gelombang perang.
“Satu-satunya jalan menuju perubahan utama dalam situasi strategis tidak diragukan lagi adalah serangkaian beberapa serangan balik berturut-turut, atau idealnya simultan, oleh angkatan bersenjata Ukraina selama kampanye (serangan) 2023,” tulis Zaluzhnyi dan Zabrodskyi.
Zaluzhnyi dan Zabrodskyi berpendapat, senjata yang dipasok Barat akan menjadi tulang punggung pertahanan Ukraina tahun depan.
Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Setelah lebih dari tujuh bulan terlibat konfrontasi, kedua negara tersebut memang belum memperlihatkan indikasi untuk merundingkan kesepakatan damai maupun gencatan senjata. (Kamran Dikarma)