REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Negosiator rancangan undang-undang pengeluaran darurat Kongres Amerika Serikat (AS) sepakat untuk memasukan bantuan militer dan ekonomi ke Ukraina sebesar hampir 12 miliar dolar AS ke anggaran tersebut. Hal ini mencerminkan dukungan ke Ukraina masih bipartisan.
Pada Senin (26/9/2022) sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan dalam merespon permintaan pemerintah Presiden Joe Biden, anggaran pengeluaran darurat akan memasukan bantuan kapabilitas dan peralatan pertahanan untuk Ukraina senilai 4,5 miliar dolar dan bantuan militer, intelijen dan pertahanan lain senilai 2,7 miliar dolar.
Anggaran ini juga memasukan bantuan langsung ke pemerintah Kiev sebesar 4,5 miliar dolar untuk kuartal berikutnya. Dengan bantuan ini pemerintah Presiden Volodymyr Zelenskyy dapat membayar gaji staf-staf penting, membantu warga mengungsi dan menutup pengeluaran penting lainnya.
Pada awal bulan ini pemerintah Biden meminta Kongres menyediakan 11,7 miliar dolar di anggaran pengeluaran darurat untuk bantuan militer dan ekonomi baru ke Ukraina. Baik Partai Demokrat maupun Republik mendukung pemerintah AS membantu Ukraina yang sedang berperang melawan Rusia.
Tenggat waktu Kongres untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran darurat ini adalah Jumat (30/9/2022) tengah malam. Anggaran ini akan mendanai untuk sementara berbagai program pemerintah AS.
Anggaran itu juga memasukan pakat termasuk 2 miliar dolar AS untuk industri energi AS untuk mengatasi dampak perang dan mengurangi biaya energi di masa depan. Seorang sumber yang mengetahui tentang paket itu mengatakan permintaan anggaran yang dikenal resolusi lanjutan juga akan memasukan anggaran untuk pemukiman pengungsi Afghanistan.
Dalam permintaan anggaran lainnya pejabat AS mengatakan pemerintah Biden juga berencana meminta Kongres anggaran tambahan sebesar 3,6 miliar dolar dalam Presidential Drawdown Authority. Wewenang yang memberi presiden otoritas mengirimkan senjata tak terpakai di gudang senjata AS.
Washington dan sekutu-sekutunya telah mengirimkan miliaran dolar untuk membantu keamanan dan ekonomi Ukraina selama invasi Rusia yang sudah berlangsung selama tujuh bulan.