REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Masjid Al-Aqsa mengalami serangan paling berbahaya dalam sejarah, sejak pendudukan Yahudi di Yerusalem dimulai. Juru bicara Hamas Abdullatif al-Kanu mengatakan, pasukan perlawanan tidak akan pernah meninggalkan tanggung jawab terhadap al-Aqsa.
Dalam sebuah pernyataan, ia menekankan masjid tersebut telah menjadi sasaran serangan paling berbahaya dan luas sejak pendudukan Yahudi. Adapun serangan pemukim Yahudi adalah upaya baru untuk membuat situs suci Muslim menjadi Yahudi.
Selanjutnya, ia mendesak warga Palestina berkumpul dan berjaga di al-Aqsa untuk melawan serangan Yahudi. Dia menambahkan, Israel akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi di masjid.
Juru bicara Hamas lainnya, Hazem Qasem, mengatakan serangan di al-Aqsa selama hari raya Yahudi atau Rosh Hashanah bertentangan dengan norma dan aturan internasional. Aksi ini disebut memprovokasi perasaan dunia Arab dan Islam.
“Israel mengobarkan perang sistematis terhadap tempat-tempat suci dengan menargetkan identitas Yerusalem dan Masjid al-Aqsha. Sikap pasukan perlawanan terhadap masalah ini akan dibentuk sesuai dengan tindakan Israel,” katanya dikutip di Yeni Safak, Senin (26/9/2022).
Pihak berwenang Israel telah mengizinkan terjadinya serangan oleh pemukim Yahudi di kompleks masjid sejak 2003. Hal ini terjadi meski muncul keberatan dan peringatan berulang kali oleh otoritas agama Palestina, karena kunjungan tersebut memprovokasi jamaah Muslim.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah tersebut sebagai Temple Mount, dengan mengatakan bangunan tersebut adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Pada 1980, mereka mencaplok seluruh kota, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.