REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meta telah mengacaukan operasi Rusia di seluruh platform media sosial, Facebook dan Instagram. Dalam laporan terbaru tentang penghapusan perilaku tidak sah yang terkoordinasi, Meta mengatakan, kampanye pengaruh berasal dari Rusia dan melibatkan jaringan luas, lebih dari 60 situs web palsu.
Sebagai upaya mendapatkan kredibilitas, sejumlah situs tersebut meniru outlet berita Eropa, seperti Der Spiegel, The Guardian, dan Bild. Akun media sosial dalam jaringan yang membagikan artikel palsu, sebagian besar mengkritik pengungsi Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan pada Rusia. Konten dalam artikel palsu diproduksi dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan Ukraina.
“Ini adalah operasi terbesar dan paling kompleks dari Rusia yang telah kami kacaukan sejak awal perang di Ukraina. Banyak situs web palsu dan penggunaan banyak bahasa,” tulis pemimpin intelijen ancaman global Meta Ben Nimmo dan insinyur keamanan Mike Torrey.
Penulis mengatakan jaringan akun palsu itu membangun merek kecil di internet dengan menggunakan nama yang sama di berbagai platform. Secara kolektif, halaman dalam jaringan akun palsu menghabiskan sekitar 105 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,5 miliar untuk mempromosikan artikel dan meme melalui iklan Facebook dan Instagram.
Dilansir The Verge, Rabu (28/9/2022), halaman Facebook kedutaan Rusia di Eropa dan Asia bahkan memperkuat konten dari kampanye pengaruh. Meta mengatakan kampanye tersebut juga menggunakan meme asli yang dibuat untuk mempromosikan narasi pro-Rusia dan anti-Ukraina. Bahkan, itu juga menyertakan petisi yang diluncurkan di Change.org dan Avaaz.
Meskipun Meta tidak mengaitkan kampanye secara langsung dengan pemerintah Rusia, Kremlin mahir menggunakan operasi pengaruh digital sebagai cara untuk memproyeksikan kekuatan global. Bahkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pejabat Ukraina membunyikan alarm atas kampanye disinformasi Rusia yang dilakukan di negara itu melalui media sosial.