Kamis 29 Sep 2022 18:25 WIB

Wapres AS Kunjungi Zona Demiliterisasi Korea

Kunjungan Harris tersebut dilakukan setelah peluncuran rudal terbaru Korea Utara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Wakil Presiden AS Kamala Harris, tengah, bertemu tentara sebelum keberangkatannya dari zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea, di Panmunjom, Korea Selatan Kamis, 29 September 2022.
Foto:

Harris dan Yoon menyatakan keprihatinan atas ancaman Korea Utara terhadap konflik nuklir. Keduanya menjanjikan tanggapan yang lebih kuat terhadap provokasi besar Korea Utara, termasuk uji coba nuklir.

Harris dan Yoon juga membahas perluasan kemitraan ekonomi dan teknologi. Perjalanan Harris juga membawa misi untuk memperbaiki hubungan antara Korea Selatan dan Jepang, agar dapat memperkuat kerja sama trilateral mereka dengan Washington.

Dalam setiap pertemuan, Harris menegaskan komitmen Amerika Serikat untuk melindungi sekutunya. Dia menggambarkan kemitraan Amerika dengan Korea Selatan dan Jepang sebagai "pintu utama" dan "batu penjuru" dari strategi pertahanannya di Asia.

Ada indikasi bahwa Korea Utara akan meningkatkan demonstrasi senjatanya, setelah mencoba menekan Washington untuk menerimanya sebagai kekuatan nuklir.  Pekan lalu, pejabat Korea Selatan mengatakan, mereka mendeteksi tanda-tanda Korea Utara sedang bersiap untuk menguji sistem rudal balistik yang dirancang untuk ditembakkan dari kapal selam.

Kapal induk AS USS Ronald Reagan akan berlatih dengan kapal perang Korea Selatan dan Jepang di perairan dekat Semenanjung Korea pada Jumat (30/9/2022). Ini adalah latihan anti-kapal selam trilateral pertama negara itu sejak 2017 untuk melawan ancaman kapal selam Korea Utara.

Para pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan, Korea Utara mungkin sedang bersiap untuk uji coba nuklir pertamanya sejak 2017. Uji coba itu bisa dilakukan setelah Cina mengadakan konvensi Partai Komunis pada 16 Oktober.

 

Korea Utara telah menekankan aktivitas pengujiannya dengan ancaman konflik nuklir berulang kali. Parlemen Korea Utara bulan ini mengizinkan penggunaan senjata nuklir secara preemptif dalam berbagai skenario, termasuk ketika kepemimpinannya berada di bawah ancaman. Diplomasi nuklir antara AS dan Korea Utara terhenti sejak 2019, karena ketidaksepakatan tentang pelonggaran sanksi ekonomi sebagai imbalan atas langkah-langkah perlucutan senjata Korea Utara.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement