Petani di negara bagian yang terkena dampak, seperti Himalayan Himachal Pradesh, juga telah mendesak pemerintah untuk bantuan keuangan.
Sementara itu, seorang ilmuwan di Institute of Genomics and Integrative Biology di New Delhi, Vinod Scaria, mengatakan, sebuah studi tentang susunan genetik virus penyakit kulit kental menemukan bahwa, penyakit itu sangat berbeda dari versi sebelumnya. Virus berevolusi sepanjang waktu dan tidak semua perubahan ini berbahaya bagi kesehatan. Scaria mengatakan bahwa, penelitian mengungkapkan perlunya pemantauan dan pelacakan penyakit secara terus menerus karena tidak diketahui bagaimana virus berevolusi dalam dua tahun terakhir.
“Jika Anda memiliki pengawasan terus menerus, Anda akan siap,” kata Scaria.
Petani telah mengalami kerugian parah akibat peristiwa cuaca ekstrem selama setahun terakhir. Salah satunya gelombang panas yang memecahkan rekor di India sehingga mengurangi hasil panen gandum pada April. Sementara curah hujan tidak mencukupi di negara bagian timur seperti negara bagian Jharkhand. Tanaman musim dingin yang kering seperti kacang-kacangan, dan curah hujan tinggi pada September telah merusak panen di wilayah utara.