Jumat 30 Sep 2022 19:05 WIB

Inflasi di 19 Negara Uni Eropa Capai 10 Persen

Kenaikan inflasi menandai resesi karena melemahkan daya beli konsumen.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang pelanggan membayar sayuran di pasar Maravillas di Madrid, Spanyol, pada 12 Mei 2022. Inflasi di 19 negara Eropa menggunakan mata uang euro mencapai rekor lain sebesar 10% karena harga energi melonjak.
Foto: AP Photo/Manu Fernandez
Seorang pelanggan membayar sayuran di pasar Maravillas di Madrid, Spanyol, pada 12 Mei 2022. Inflasi di 19 negara Eropa menggunakan mata uang euro mencapai rekor lain sebesar 10% karena harga energi melonjak.

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Inflasi di negara-negara Eropa yang menggunakan mata uang euro telah menembus dua digit karena melonjaknya harga listrik dan gas alam. Kenaikan ini menandai resesi, karena harga yang lebih tinggi melemahkan daya beli konsumen.

Badan statistik Uni Eropa Eurostat melaporkan, harga konsumen di 19 negara zona euro naik mencapai rekor 10 persen pada September. Tahun lalu, Uni Eropa mencatat inflasi mencapai 3,4 persen. Kenaikan harga berada pada level tertinggi sejak pencatatan euro dimulai pada 1997.

Baca Juga

Harga energi menjadi penyebab utama kenaikan yang mencapai 40,8 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara harga makanan, alkohol, dan tembakau melonjak 11,8 persen.

Inflasi telah didorong oleh pengurangan pasokan gas alam dari Rusia dan  hambatan dalam mendapatkan pasokan bahan baku, serta suku cadang karena ekonomi global bangkit kembali dari pandemi Covid-19. Pemotongan pengiriman pasokan gas Rusia telah menyebabkan lonjakan harga gas, sehingga bisnis padat energi seperti pupuk dan baja mengalami kesulitan.

Sementara itu, tingginya harga tagihan listrik, naiknya harga makanan dan bahan bakar membuat konsumen tidak dapat membelanjakan uangnya untuk hal-hal lain.  Itulah alasan utama para ekonom memprediksi resesi, atau penurunan aktivitas ekonomi yang serius dan berlangsung lama hingga akhir tahun ini dan bulan-bulan pertama tahun depan.

Pembeli di pasar mingguan di kota Cologne, Jerman, mengatakan harga makanan dan tagihan listrik yang lebih tinggi membuat masyarakat khawatir. Seorang warga yang berprofesi sebagai pelatih pengembangan staf Myriam Maierhofer mengatakan, dia mencari toko yang menawarkan diskon spesial untuk menghemat pengeluaran. Selain itu, dia juga berupaya untuk menghemat listrik agar menekan tagihan.

“Saya mencari (toko) yang memberikan lebih banyak penawaran khusus. Saya tidak berbelanja begitu banyak, jadi saya menjadi lebih hemat.  Dan pagi ini, saya juga mematikan penghangat ruangan," ujar Maierhofer.

Sementara itu warga lainnya, Christian Schrader tidak terlalu khawatir dengan harga makanan. Tetapi dia melakukan penghematan listrik untuk menekan tagihan.

"Anda mulai memikirkan kamar mana yang perlu dinyalakan pemanasnya di flat dan mencoba menjelaskan kepada anak-anak bahwa kami hanya bermain di satu kamar," ujar Schrader.

Schrader mengatakan, kekhawatiran terbesarnya akibat inflasi yang lebih besar adalah dimensi sosial. Menurutnya, inflasi sering menjadi pendorong perpecahan sosial, kecenderungan ekstrem, dan populisme.  

"Dimensi (sosial) ini membuat saya lebih khawatir," kata Schrader.

 

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement