REPUBLIKA.CO.ID, ASHFORD -- Ribuan pekerja kereta api di Inggris mogok kerja massal pada Sabtu (1/10/2022), di tengah gejolak ekonomi dan krisis biaya hidup di negara itu. Dua serikat pekerja terbesar, RMT dan ASLEF, mengorganisir pemogokan yang melumpuhkan perjalanan. Mereka menuntut kenaikan gaji dengan syarat dan kondisi kerja yang lebih baik.
Serikat pekerja menyerukan pemogokan setelah pembicaraan antara pemerintah dan perusahaan kereta api terhenti. Mereka menuntut kenaikan gaji untuk memenuhi peningkatan biaya hidup. Inggris telah mengalami tingkat inflasi terburuk dalam 40 tahun terakhir yaitu mencapai 10 persen.
“Kami belum mengalami kenaikan gaji sejak 2019 dan kami semua berjuang. Orang-orang tidak duduk sambil berbicara. Sampai mereka duduk bersama pemimpin kita, Mick Lynch, dan menyampaikan hak kita dengan benar. Akan ada pemogokan sepanjang waktu," kata anggota serikat pekerja RMT, Suzanne Lewis, dilansir Anadolu Agency, Ahad (2/10/2022).
Anggota serikat pekerja RMT lainnya, Chris Joyce, menyatakan, krisis biaya hidup telah menciptakan kondisi yang tidak terlihat sejak 1950-an. “Saya tidak pernah tahu tentang kemiskinan pangan di negara ini, kita akan kembali ke tahun 1950-an dan itu bencana. Banyak serikat pekerja yang berbeda mogok hari ini sebagai bagian dari kampanye enough is enough,” katanya.
Gangguan operasional kereta api menyebabkan ketidaknyamanan bagi banyak pelancong. Salah satunya Daniel yang telah membeli tiket kereta api secara online 9 menit sebelumnya. Dia sampai di stasiun bersama putrinya yang masih kecil. Namun ternyata stasiun sudah tutup dan kereta api tidak berjalan.
"Mia kecil yang malang, kamu tidak akan melihat nenek hari ini," kata Daniel kepada putrinya.
Daniel mengatakan, dia tidak mendukung akai pemogokan itu. “Jika semua orang mendapat kenaikan gaji, biaya hidup terus berputar di luar kendali," ujarnya.
Sementara, seorang penumpang kereta api lainnya, Hannah berencana pergi ke London. Namun seluruh kereta api berhenti beroperasi. Hannah mengatakan, dia mendukung aksi pemogokan tersebut.
"Saya orang Prancis, jadi kami sering melakukan aksi protes. Saya merasa ada banyak hal harus berubah di negara ini. Bukan hanya kemiskinan, tapi bahan bakar, makanan semakin mahal, pakaian juga semakin mahal," kata Hannah.
Inggris sedang menuju musim dingin yang sulit. Banyak tenaga kerja menghadapi gangguan dan aksi industri dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, selama bertahun-tahun. Aksi protes ini menambah kekhawatiran dan ketidakpastian tentang kenaikan biaya hidup. Sementara pemerintah yang lebih memilih melakukan pemotongan pajak untuk orang kaya, sebagai upaya untuk mengatasi masalah krisis ekonomi seperti kemiskinan dan kenaikan bahan bakar.