Senin 03 Oct 2022 22:17 WIB

Khamenei tak Menaruh Simpati pada Kerusuhan yang Terjadi dalam Demo Mahsa Amini

Ribuan warga Iran berdemonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Mahsa Amini

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel menjadi pihak yang mengatur serta menyokong gelombang demonstrasi. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/Iranian supreme leader office
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel menjadi pihak yang mengatur serta menyokong gelombang demonstrasi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel menjadi pihak yang mengatur serta menyokong gelombang demonstrasi yang kini tengah berlangsung di negaranya. Unjuk rasa yang merebak sejak pertengahan September lalu dipicu kematian Mahsa Amini, diduga karena dianiaya polisi moral Iran.

Dalam komentar pertamanya terkait gelombang demonstrasi di Iran, Khamenei mengungkapkan kematian Mahsa Amini merupakan insiden pahit. “Itu sangat menghancurkan hati saya,” ucapnya, Senin (3/10/2022).

Baca Juga

Namun dia tak menaruh simpati pada kerusuhan yang terjadi selama aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini berlangsung. Menurutnya, kerusuhan tersebut memang 'direncanakan'. Khamenei menuding AS dan Israel dalang di balik hal tersebut.

Oleh sebab itu, Khamenei mendukung aksi tegas aparat keamanan dalam menindak pengunjuk rasa yang melakukan kerusuhan. “Tugas pasukan keamanan kami, termasuk polisi, adalah untuk memastikan keselamatan bangsa Iran. Mereka yang menyerang polisi membuat warga Iran tidak berdaya melawan preman, perampok, dan pemeras,” kata Khamenei.

Sejauh ini kepolisian Iran telah menangkap ribuan orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi. Kerusuhan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa telah menyebabkan lebih dari 130 orang tewas.

Akhir bulan lalu, organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International mengatakan Iran telah menindak aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini dengan kejam. “Pihak berwenang Iran telah memobilisasi mesin represi mereka yang diasah dengan baik untuk menindak protes nasional dengan kejam dalam upaya untuk menggagalkan tantangan apa pun terhadap kekuasaan mereka,” kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan pada 30 September lalu, dikutip laman Al Arabiya.

Amnesty Internasional mendorong komunitas internasional mengambil tindakan terhadap Iran. “Tanpa tindakan kolektif bersama oleh komunitas internasional yang melampaui pernyataan kecaman, lebih banyak orang yang berisiko terbunuh, cacat, disiksa, diserang secara seksual, dan dijebloskan ke balik jeruji,” katanya.

Saat ini Iran tengah menghadapi gejolak akibat tewasnya Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun. Sebelum meninggal, dia diduga dianiaya polisi moral Iran. Amini ditangkap pada 13 September lalu karena hijab yang dipakainya dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim saat berada di tahanan Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement