REPUBLIKA.CO.ID,TRIPOLI -- Misi PBB di Libya mengutuk “pembunuhan keji” terhadap 15 migran di dekat kota pesisir Mediterania Sabratha. Mereka menuduh terjadi penyelundupan dan menuntut keadilan.
Mayat-mayat itu ditemukan di pantai beberapa hari lalu. Menurut PBB dan Bulan Sabit Merah Libya, kebanyakan dari mereka dibakar di dalam perahu yang hangus.
"Penjelasan yang tepat atas kondisi ini harus terungkap. Di sisi lain, pembunuhan itu dilaporkan terjadi akibat bentrokan antara pedagang yang saling bersaing," kata misi PBB UNSMIL dalam sebuah pernyataan, dikutip di Arab News, Senin (10/10/2022).
Mereka juga mendesak pihak berwenang di Libya untuk memastikan dilakukan penyelidikan yang cepat, independen dan transparan, untuk membawa semua pelaku ke pengadilan.
Libya menjadi rute utama untuk migrasi klandestin, bahkan sebelum pemberontakan 2011 yang menggulingkan Muammar Qaddafi. Pelanggaran hukum yang terjadi memperkuat posisinya di rute migrasi paling mematikan di dunia, melintasi Mediterania ke Eropa.
Penyelundup manusia dari kota barat Sabratha, hanya 300 km dari pulau Lampedusa Italia, terus memainkan peran kunci. Migran sering menghadapi perlakuan mengerikan di tangan geng penyelundup.
Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menuduh pihak berwenang dan kelompok bersenjata yang beroperasi di bawah naungan negara melakukan penyiksaan dan pelanggaran lainnya.
UNSMIL lantas menyebut bentuk pembunuhan terbaru ini menjadi pengingat akan kurangnya perlindungan yang dihadapi para migran dan pencari suaka di Libya. Pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, yang dilakukan oleh jaringan perdagangan dan kriminal perlu segera dihentikan dan dituntut.
Media Libya melaporkan pembunuhan tersebut dihasilkan dari perselisihan antara penyelundup manusia, menyebabkan mereka menembaki para migran, yang sebagian besar berasal dari negara-negara Afrika lebih jauh ke selatan. Salah satu kelompok yang terlibat dilaporkan membakar kapal.
Organisasi Internasional untuk Migrasi menyebut sejak awal tahun, ini, lebih dari 14.000 migran telah dicegat dan dikembalikan ke Libya. Sedikitnya 216 orang tewas saat mencoba menyeberangi Laut Mediterania, sementara 724 orang dilaporkan hilang dan diduga tewas.
Paus Fransiskus membuat pembelaan yang berapi-api terhadap para migran, menyebut pengucilan mereka merupakan skandal, menjijikkan dan berdosa. Hal ini menempatkannya pada jalur yang bertabrakan dengan pemerintah sayap kanan Italia yang akan datang.
Paus membuat komentar ini saat dia mengkanonisasi seorang uskup abad ke-19, yang dikenal sebagai “bapak para migran”, serta seorang pria abad ke-20 yang melayani orang sakit di Argentina.
Paus Fransiskus, yang menjadikan dukungan bagi para migran sebagai tema utama kepausannya, memimpin upacara di hadapan 50.000 orang di Lapangan Santo Petrus.
“Pengecualian terhadap migran adalah skandal. Pengucilan migran adalah kriminal. Itu membuat mereka mati di depan kita,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyebut saat ini Mediterania adalah kuburan terbesar di dunia, merujuk pada ribuan orang yang tenggelam saat mencoba mencapai Eropa. “Pengecualian terhadap migran itu menjijikkan, itu dosa. Adalah kriminal untuk tidak membuka pintu bagi mereka yang membutuhkan,” lanjut dia.
Sumber:
https://www.arabnews.com/node/2178261/middle-east