REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sekelompok intelektual Prancis termasuk peraih Hadiah Nobel Sastra Annie Ernaux mengajak masyarakat turun ke jalan memprotes kenaikan harga sementara perusahaan-perusahaan mendapatkan keuntungan tak terduga. Mereka menuduh Presiden Emmanuel Macron tidak banyak membantu masyarakat.
"Emmanuel Macron menggunakan inflasi untuk memperlebar kesenjangan kekayaan, untuk mendorong pendapatan modal saat mengabaikan sisanya," kata 69 penulis, sutradara, dan dosen yang menandatangani ajakan yang dirilis Journal Du Dimanche, Ahad (9/10/2022).
"Ini tentang kehendak politik," kata teks yang juga ditandatangani Ernaux, perempuan Prancis pertama yang memenangkan Hadiah Nobel Sastra.
Teks tersebut mengatakan pemerintah tidak berbuat cukup dalam mengatasi lonjakan harga energi dan menolak menaikan pajak pada perusahaan yang mendapatkan keuntungan tak terduga karena inflasi tinggi.
Inflasi Prancis yang tajam tahun ini sebagian karena perang di Ukraina, masih paling rendah diantara negara-negara zona euro dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah Prancis menerapkan kebijakan mulai dari membekukan harga bahan bakar sampai subsidi khusus untuk menahan lonjakan harga.
Penandatangan mengajak masyarakat untuk turun ke jalan pada 16 Oktober. Protes ini digelar gerakan politik La France Insoumise. Gerakan itu mempromosikan demonstrasi sebagai "perlawanan terhadap kenaikan biaya hidup dan tidak adanya tindakan dalam perubahan iklim."
Unjuk rasa digelar saat Macron menghadapi perlawanan dari serikat yang menolak reformasi dana pensiun dan mogok kerja yang mendesak kenaikan upah. Akademi Nobel Swedia memberikan penghargaan pada Ernaux atas "penelitiannya yang konsisten dan dari berbagai sudut pada kehidupan yang ditandai berbagai gender, bahasa dan kelas sosial."