REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Thailand akan mendeportasi dua jurnalis CNN yang meliput tanpa izin di fasilitas penitipan anak, di mana setidaknya 38 orang, termasuk 22 anak-anak, dibunuh pada Kamis (6/10/2022) lalu, menurut media lokal pada Senin (10/10/2022).
CNN mendapat kecaman setelah reporter Australia Anna Coren dan juru kamera asal Inggris Daniel Hodge meliput tempat insiden tersebut pada hari Jumat dari lantai bernoda darah di dalam pusat penitipan anak. Mereka dituduh telah memanjat pita polisi untuk mendapatkan rekaman.
Mengutip sumber migrasi Thailand, kantor berita Thaipbsworld melaporkan bahwa para jurnalis memasuki negara itu dengan visa turis yang tidak mengizinkan mereka untuk bekerja. Sumber menambahkan bahwa wartawan tidak akan masuk daftar hitam dan mereka dapat kembali bekerja di Thailand, asalkan mereka mendapatkan visa yang sesuai, menurut media tersebut.
Sebelumnya, CNN meminta maaf karena melaporkan tanpa izin dari dalam fasilitas penitipan anak Thailand.
“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya kepada rakyat Thailand, terutama keluarga para korban tragedi ini. Kami sangat menyesal jika kami telah membuat Anda lebih sakit dan menderita, itu tidak pernah menjadi niat kami,” kata salah satu jurnalis bernama Anna Coren, 47 tahun, menurut situs berita Thaiger.
"Saya ingin meminta maaf kepada orang-orang Thailand atas kesedihan besar yang kami sebabkan selama waktu yang sangat traumatis ini," ujar Hodge.
Dalam sebuah pernyataan, Mike McCarthy, wakil direktur CNN, berpendapat bahwa para jurnalis tidak bermaksud melanggar aturan apa pun.
"Kami sangat menyesalkan segala kesulitan atau pelanggaran yang mungkin ditimbulkan oleh liputan kami, dan atas ketidaknyamanan yang dialami polisi pada saat yang menyedihkan bagi negara ini," kata dia.
Rekaman itu menuai kritik dari Asosiasi Jurnalis Thailand dan Klub Koresponden Asing Thailand (FCCT), yang merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa mereka "kecewa" pada rekaman CNN, yang mereka sebut "tidak profesional dan pelanggaran serius terhadap etika jurnalistik dalam pelaporan kejahatan. ”
Belakangan diketahui Coren dan Hodge memasuki Thailand dengan visa turis dan tidak berhak bekerja di sana.
Pada 6 Oktober, Panya Kamlarb, seorang mantan polisi berusia 34 tahun, melakukan serangan senjata dan pisau di sebuah pusat penitipan anak, menewaskan 38 orang, termasuk 22 anak-anak, di provinsi timur laut Nong Bua Lam Phu.
Dari 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Thailand memiliki jumlah senjata tertinggi yang dimiliki perorangan, dengan lebih dari 10,3 juta senjata tercatat pada tahun 2017, menurut data dari Small Arms Survey.