REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Pada 10 Oktober diperingati sebagai Hari Tunawisma Sedunia. Di Italia, jalanan menjadi rumah bagi lebih dari 50 ribu tunawisma. Jumlahnya pun terus bertambah dari hari ke hari.
Para tunawisma di Italia kebanyakan imigran dari berbagai negara. Mereka hidup dalam kondisi yang sulit di jalanan dan alun-alun ibu kota Italia Roma dan kota terbesar kedua Milan.
Salah satunya adalah Francesco Nicolai berusia 66 tahun telah menjadi tunawisma selama 26 tahun. Dia mengaku menerima bantuan dari relawan Palang Merah Italia di Roma. "Saya berusia 66 tahun, menunggu masa pensiun saya. Sangat sulit mencari pekerjaan di usia ini," katanya kepada Anadolu Agency.
Francesco dan anjingnya Tommaso yang diadopsi enam tahun lalu telah hidup di jalanan selama ini. Dia mengatakan, memiliki tempat tidur di pintu masuk Museum Ara Pacis di Roma selama 10 tahun terakhir.
"Pada siang hari, kami berhenti di hotel terdekat. Kami pergi ke kafetaria di sore hari. Kami kembali ke sini bersamanya (Tommaso) di malam hari," ujar Francesco.
Tunawisma lainnya adalah Alberto yang tinggal di Risorgimento Square dekat Kota Vatikan. Dia mengatakan, tidak memiliki masalah keuangan yang sangat besar sehingga membuatnya harus memutuskan hidup tanpa rumah. "Saya bercerai, dan saya memutuskan untuk membantu orang lain," ujarnya.
"Saya kadang tidur di sini, kadang di pusat akomodasi, kadang di Vatikan. Di sini, orang-orang ini dalam masalah besar. Saya membantu semua orang di sini," katanya.
Sukarelawan Palang Merah yang bekerja di Roma Francesca Nicolai mengatakan, para relawan secara teratur mendekati para tunawisma untuk memahami kebutuhannya. Dia menjelaskan, mereka membagikan teh panas, biskuit, dan sup, serta produk-produk kebersihan seperti kertas toilet kepada para tunawisma.
Para relawan juga menyediakan selimut ketika cuaca dingin. Tujuan utama mereka adalah untuk berbicara dengan para tunawisma, mencoba memahami masalah dan mencarikan solusi.
Relawan Palang Merah lainnya di Milan Marco Tozzi mengatakan, dia mulai membantu para tunawisma pada 2001,dan jumlah sukarelawan terus bertambah sejak saat itu. “Kami memiliki kurang lebih 500 relawan. Kami juga telah meningkatkan kualitas layanan kami sejak 2015. Saya seorang relawan, tetapi psikolog dan profesional pendidikan juga telah bergabung dengan kami,” katanya.
"Orang-orang tidak memilih untuk tinggal di jalanan. Banyak yang berakhir dalam situasi ini setelah bertahun-tahun menderita. Ini mungkin disebabkan oleh masalah ekonomi, masalah psikologis, dan masalah sosial, atau kombinasi dari ketiganya," ujar Tozzi.