Kamis 13 Oct 2022 06:26 WIB

Mesir Ambil Alih Ladang Gas Alam Lepas Pantai Gaza

Pengambilalihan jadi dorongan bagi ekonomi Palestina yang tengah kesulitan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sebuah platform minyak di ladang gas Leviathan lepas pantai Israel terlihat dari atas Kapal Angkatan Laut Israel Atzmaut sebagai patroli kapal selam, di Laut Mediterania, pada 1 September 2021. Kesepakatan tiga pihak baru akan membuat Israel mengirim lebih banyak gas ke Eropa melalui Mesir, yang memiliki fasilitas untuk mencairkannya untuk diekspor melalui laut. Uni Eropa mengatakan akan membantu kedua negara meningkatkan produksi dan eksplorasi gas.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Sebuah platform minyak di ladang gas Leviathan lepas pantai Israel terlihat dari atas Kapal Angkatan Laut Israel Atzmaut sebagai patroli kapal selam, di Laut Mediterania, pada 1 September 2021. Kesepakatan tiga pihak baru akan membuat Israel mengirim lebih banyak gas ke Eropa melalui Mesir, yang memiliki fasilitas untuk mencairkannya untuk diekspor melalui laut. Uni Eropa mengatakan akan membantu kedua negara meningkatkan produksi dan eksplorasi gas.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir berencana mengambil alih pengembangan ladang gas alam lepas pantai Gaza. Langkah ini akan menjadi dorongan bagi ekonomi Palestina yang kekurangan uang.

Perusahaan gas milik negara Mesir EGAS memulai pembicaraan tahun lalu dengan PIF Dana Investasi Palestina dan Perusahaan Kontraktor Konsolidasi CCC, sebuah koalisi perusahaan yang memiliki lisensi untuk mengembangkan Mediterania timur. Pejabat intelijen Mesir mengatakan kepada Reuters di Kairo, EGAS bekerja sama dengan otoritas Palestina akan mengembangkan ladang lepas pantai itu. 

Baca Juga

Mesir dan Israel telah memproduksi gas di Mediterania timur selama bertahun-tahun. Hanya saja ladang Gaza Marine, sekitar 30 km di lepas pantai Gaza, tetap tidak berkembang karena perselisihan politik dan konflik dengan Israel, serta faktor ekonomi.

Proyek ini terakhir di tangan perusahaan minyak Shell yang menyerahkan sahamnya pada 2018. Palestina telah mencari pihak asing baru untuk mengambil alih. Menurut keputusan kabinet saat itu, perusahaan Palestina akan menyimpan setidaknya 55 persen saham. 

Pejabat keamanan Mesir yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan, Mesir telah melakukan negosiasi selama sekitar dua bulan dengan Israel. Kemungkinan Tel Aviv dan Kairo harus memberi lampu hijau proyek tersebut.

Kementerian perminyakan Mesir tidak menanggapi permintaan komentar, dan EGAS tidak dapat segera dihubungi. Kementerian Energi Israel, ditanya tentang pengembangan lapangan, mengatakan tidak mengetahui bahwa keputusan telah dibuat.

Israel telah mengatakan di masa lalu bahwa mereka mendukung pengembangan ladang gas. “Pembicaraan ini berjalan positif. Setelah kesepakatan rinci dan final tercapai, itu akan diumumkan setelah mendapatkan persetujuan resmi sesuai dengan aturan yang ditetapkan,” kata seorang pejabat Palestina yang akrab dengan pembicaraan dengan Mesir.

Jalur Gaza dijalankan oleh kelompok Hamas. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan dan mengalami pemadaman bergilir. Gas dari Gaza Marine akan membantu bahan bakar pembangkit listrik di jalur pantai dan memulai ekonomi.

Seorang pejabat Palestina kedua mengatakan, Kairo juga telah melakukan kontak dengan para pejabat Hamas untuk mendapatkan persetujuan mereka. "Peran strategis Kairo sebagai mediator antara Israel dan Palestina selama beberapa dekade membuat pembicaraan lebih mudah," kata pejabat itu kepada Reuters. 

“Pembangunan mungkin memerlukan waktu untuk memulai setelah kesepakatan disimpulkan. Proyek ini akan menjadi alat vital untuk meningkatkan ekonomi Palestina,” ujarnya.

Gaza Marine diperkirakan menyimpan lebih dari lebih dari 28 miliar meter kubik gas alam. Jumlah ini jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk memberi daya pada wilayah Palestina dan berpotensi untuk diekspor.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement