Kamis 13 Oct 2022 12:53 WIB

Majelis PBB Sepakat Mengutuk Pencaplokan Rusia Atas Empat Wilayah Ukraina

Pencaplokan oleh Rusia dinilai melanggar kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Monitor video menunjukkan suara negara anggota di Majelis Umum PBB mendukung resolusi yang mengutuk referendum ilegal Rusia di Ukraina, Rabu 12 Oktober 2022 di markas besar PBB.
Foto: AP Photo/Bebeto Matthews
Monitor video menunjukkan suara negara anggota di Majelis Umum PBB mendukung resolusi yang mengutuk referendum ilegal Rusia di Ukraina, Rabu 12 Oktober 2022 di markas besar PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB) memberikan suara mayoritas mengutuk upaya pencaplokan ilegal Rusia atas empat wilayah Ukraina, Rabu (12/10/2022). Pemungutan suara di badan dunia yang beranggotakan 193 negara ini menghasilkan 143-5 dengan 35 abstain.

Hasil tersebut menjadi dukungan terkuat dari anggota MU PBB untuk Ukraina dan terhadap Rusia dari empat resolusi yang telah disetujui sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina 24 Februari. Resolusi yang diadopsi kali ini menyatakan, tindakan Moskow melanggar kedaulatan dan integritas teritorial Kiev.

Baca Juga

Tindakan Rusia pun tidak konsisten dengan prinsip-prinsip Piagam PBB dan tidak memiliki validitas berdasarkan hukum internasional dan tidak membentuk dasar untuk setiap pergantian status wilayah ini dari Ukraina. Resolusi ini menuntut agar Rusia segera, sepenuhnya dan tanpa syarat menarik semua pasukan militernya dari wilayah Ukraina di dalam perbatasannya yang diakui secara internasional.

"Penurunan eskalasi situasi saat ini dan penyelesaian konflik secara damai melalui dialog politik, negosiasi, mediasi, dan cara damai lainnya yang menghormati kedaulatan Ukraina, integritas teritorial, dan perbatasan yang diakui secara internasional," ujar resolusi itu.

photo
Gedung Markas Besar PBB terlihat dari dalam aula Majelis Umum, Selasa, 21 September 2021. Negara-negara Barat terlibat dalam lobi intensif di belakang layar untuk resolusi PBB yang akan mengutuk “upaya pencaplokan ilegal” Rusia atas empat wilayah Ukraina dan menuntut agar Moskow segera membalikkan tindakannya. - (Eduardo Munoz/Pool Photo via AP)

Resolusi yang disponsori Barat itu merupakan tanggapan atas pencaplokan yang diumumkan Rusia bulan lalu atas wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia di Ukraina. Moskow bertindak mengikuti referendum yang sudah diatur Istana Kremlin, meski ditolak oleh pemerintah Kiev dan Barat sebagai pemungutan suara palsu yang dilakukan di tanah yang diduduki di tengah peperangan dan pemindahan.

Selama dua hari pidato di sesi khusus darurat MU PBB yang dilanjutkan tentang pembicara Ukraina setelah pembicara menuduh Rusia melanggar prinsip-prinsip utama Piagam PBB, menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara anggota PBB. Ada lobi yang intens oleh para pendukung resolusi yang difasilitasi Uni Eropa menjelang pemungutan suara pada Rabu.

Duta Besar Amerika Serikat (AS) Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada anggota MU PBB sebelum pemungutan suara, bahwa ketika PBB didirikan di atas abu Perang Dunia II, itu dibangun di atas sebuah gagasan. "Satu negara tidak akan pernah lagi diizinkan untuk mengambil wilayah orang lain dengan paksa," katanya.

Setelah itu, Thomas-Greenfield mengatakan kepada wartawan, pemungutan suara itu berarti di mata dunia dan PBB perbatasan Ukraina tetap sama. Dia menekankan, tidak ada pihak yang bisa memaksa untuk memiliki wilayah pihak lain dengan paksa.

"Resolusi itu juga mengirimkan sinyal yang sangat penting ke Moskow dan semua orang: Tidak masalah apakah Anda sebagai bangsa besar atau kecil, kaya atau miskin, lama atau baru. Jika Anda adalah negara anggota PBB, perbatasan Anda adalah milik Anda sendiri dan dilindungi oleh hukum internasional,” kata Thomas-Greenfield.

Masalah utama bagi para pendukung resolusi Barat adalah berapa banyak negara yang akan mendukungnya dan hasilnya melampaui harapan yang paling optimis. Anggota MU PBB memberikan suara 141-5 dengan 35 abstain pada 2 Maret untuk menuntut gencatan senjata Rusia segera, penarikan semua pasukannya dan perlindungan bagi semua warga sipil.

Pada 24 Maret, mereka memberikan suara 140-5 dengan 38 abstain pada resolusi yang menyalahkan Rusia atas krisis kemanusiaan Ukraina. Resolusi itu juga mendesak gencatan senjata segera dan perlindungan bagi jutaan warga sipil dan rumah, sekolah, dan rumah sakit yang penting bagi kelangsungan hidup mereka.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement