Kamis 13 Oct 2022 16:35 WIB

Putin Tawarkan Pasokan Gas ke Eropa Melalui Pipa Nord Stream 2

Rusia siap memasok gas ke Uni Eropa melalui jalur pipa Nord Stream 2.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Gangguan besar di laut dapat diamati di lepas pantai pulau Bornholm Denmark Selasa, 27 September 2022 menyusul serangkaian kebocoran yang tidak biasa pada dua pipa gas alam yang mengalir dari Rusia di bawah Laut Baltik ke Jerman telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan sabotase. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan dia
Foto: Danish Defence Command via AP
Gangguan besar di laut dapat diamati di lepas pantai pulau Bornholm Denmark Selasa, 27 September 2022 menyusul serangkaian kebocoran yang tidak biasa pada dua pipa gas alam yang mengalir dari Rusia di bawah Laut Baltik ke Jerman telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan sabotase. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan dia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow siap melanjutkan pasokan gas ke Uni Eropa melalui jalur pipa Nord Stream 2 yang berada di bawah Laut Baltik menuju Jerman. Berbicara di forum energi Moskow pada Rabu (12/10/2022), Putin mengatakan, salah satu dari dua jalur pipa tetap berfungsi meskipun ada insiden kebocoran di lepas pantai Denmark dan Swedia.

Pada September, Pipa Nord Stream 1 juga pecah oleh ledakan bawah laut yang kuat. Para pejabat Barat mengaitkan insiden itu dengan "sabotase". Sementara pejabat Jerman, Denmark dan Swedia terus melakukan penyelidikan.

Baca Juga

Putin mengatakan, jika hasil pemeriksaan menunjukkan pipa Nord Stream 2 aman untuk dioperasikan, maka Rusia siap menggunakan pipa untuk memompa gas ke Eropa. Putin menambahkan, kapasitas gas yang melalui pipa Nord Stream 2 mencapai 27 miliar meter kubik (bcm) per tahun.

Pipa Nord Stream 2 tidak pernah membawa gas alam ke Eropa karena Jerman mencegah aliran gas, sebelum Rusia melancarkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari. Putin menuding AS kemungkinan berada di balik ledakan di jalur pipa Nord Stream. Putin menuduh AS ingin memaksa Eropa beralih ke impor gas alam cair yang lebih mahal.

“Tindakan sabotase Nord Stream 1 dan 2 adalah tindakan terorisme internasional yang bertujuan merusak keamanan energi di seluruh benua dengan memblokir pasokan energi murah,” kata Putin, dilansir Aljazirah, Kamis (13/10/2022).

Jerman dengan cepat menolak tawaran Putin. Menurut Pemerintah Jerman, Rusia tidak lagi menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan, bahkan sebelum kerusakan pada Nord Stream 1.

"Terlepas dari kemungkinan sabotase dari dua jaringan pipa, kami telah melihat bahwa Rusia tidak lagi menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan, dan bahkan sebelum kerusakan pada Nord Stream 1, tidak ada lagi aliran gas. Jadi bagi kami, tidak ada alasan untuk percaya bahwa itu akan berubah,” kata juru bicara pemerintah Christiane Hoffmann kepada wartawan di  Berlin.

Rusia masih memompa gas ke Eropa melalui Ukraina. Ledakan di jalur pipa Nord Stream telah memperburuk kekurangan energi akut yang dihadapi oleh 27 negara anggota Uni Eropa saat musim dingin. Sebelum ledakan, Rusia telah memangkas pasokan di sepanjang pipa Nord Stream 1. Moskow menyalahkan masalah teknis terkait dengan sanksi Barat untuk penghentian pasokan gas. Tetapi para pemimpin Eropa menuduh Putin sengaja memotong ekspor dalam upaya untuk mengikis dukungan mereka kepada Ukraina.

Eropa membutuhkan gas alam untuk menggerakkan pabrik, memanaskan rumah, dan menghasilkan listrik. Meskipun ada pengurangan pasokan gas Rusia, Eropa telah mampu membawa penyimpanan gasnya hingga 90 persen untuk musim dingin dengan mengamankan pasokan alternatif.

Namun, pemotongan pasokan gas telah menyebabkan harga melonjak dan mendorong inflasi. Hal ini menekan pemerintah untuk membantu meringankan beban tagihan energi yang tinggi untuk rumah tangga dan bisnis.

Para menteri energi Uni Eropa bertemu di Praha pada Rabu (12/10/2022) untuk mencoba menyepakati langkah-langkah baru dalam mengatasi krisis energi. Sebagian besar dari 27 negara anggota Uni Eropa mendukung pembatasan harga gas. Namun, beberapa negara – termasuk Jerman menentang pembatasan harga, karena berisiko menghambat pasokan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement