Jumat 14 Oct 2022 14:40 WIB

China Gelar Kongres Partai Komunis Di Tengah Ketidakpastian Global

Pengamat tertarik siapa yang akan dipilih partai untuk jabatan perdana menteri.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung mengenakan masker wajah mengunjungi pameran yang menyoroti Presiden Xi Jinping dan pencapaiannya di Tiongkok di bawah kepemimpinannya di Beijing Exhibition Hall di ibu kota tempat Kongres Partai ke-20 akan diadakan di Beijing pada 12 Oktober 2022.

Pengamat China paling tertarik untuk mengetahui siapa di antara anggota PSC yang akan ditunjuk sebagai perdana menteri berikutnya. Seorang perdana menteri mengemban pekerjaan berat untuk mengelola ekonomi terbesar kedua di dunia. Perdana Menteri Li Keqiang mundur pada Maret lalu. Hingga kini, China belum mengungkapkan kandidat pengganti Li.

 "Ada semakin banyak bukti bahwa keputusan promosi selama beberapa tahun terakhir telah dibuat lebih sedikit pada kemampuan teknokratis, yang mungkin Anda harapkan dari para reformis, dan loyalis kepada Xi Jinping, jadi saya pikir kita harus benar-benar menghentikan ide reformis ini,"  kata Kepala Ekonom Asia di Capital Economics, Mark Williams.

Xi menawarkan optimisme dalam pidato pembukaan pada kongres tahun 2017. Ketika itu, Xi mengungkapkan rencana ambisius untuk mengubah Cina menjadi kekuatan global terkemuka pada tahun 2050. Dia menyebutkan "reformasi" sebanyak 70 kali dalam pidato yang berlangsung hampir tiga setengah jam.  

Sejak itu, keadaan telah berubah secara dramatis. Ekonomi Cina terpukul oleh pembatasan Covid-19, krisis sektor properti, dan pukulan balik setelah tindakan keras Xi terhadap sektor teknologi di bawah panji "kemakmuran bersama".  

Secara global, hubungan Beijing dengan Barat telah memburuk secara tajam.  Investor dan warga Cina berharap kongres menandai tonggak sejarah. Terutama setelah negara itu menderita akibat pandemi virus corona.

Para analis mengatakan kongres tidak mungkin memicu perubahan langsung dalam kebijakan pemerintan. Terutama untuk menghidupkan kembali ekonomi yang tumbuh sekitar 3 persen tahun ini. Pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak sesuai dengan target resmi pemerintah yaitu sekitar 5,5 persen.

"Antara sekarang dan Maret 2023, kami memperkirakan tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, terutama pada strategi nol-Covid dan pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sektor properti China," tulis analis Nomura.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement