REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Wakil Menteri Dalam Negeri Turki Ismail Catakli membantah pemerintahannya terlibat dalam insiden penemuan Yunani atas 92 migran ilegal di dekat perbatasan utaranya dengan Turki. Dia justru menuduh Athena sedang menjatuhkan Ankara dengan menuduh sesuatu yang tidak dilakukan.
"Karena Anda tidak dapat menemukan satu pun kasus pelanggaran hak asasi manusia oleh Turki, Anda hanya berusaha mengekspos citra kekejaman Anda sendiri seolah-olah Turki yang melakukannya," kata Catakli di Twitter yang membalas tweet Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi.
Polisi Yunani mengatakan pada Sabtu (15/10/2022), telah menyelamatkan sekelompok migran yang menyeberang ke wilayah Yunani dari Turki secara ilegal. Pihak berwenang Yunani menuduh Turki memaksa 92 migran menyeberang ke Yunani dan menelanjangi mereka sebelum melakukannya.
Para migran mengatakan kepada polisi dan petugas badan perbatasan Uni Eropa Frontex, bahwa mereka telah dipaksa oleh otoritas Turki untuk menaiki tiga kendaraan yang membawa ke perbatasan. Para migran bersaksi telah dipaksa untuk telanjang sebelum naik ke kapal.
"Perilaku Turki terhadap 92 migran yang kami selamatkan di perbatasan (kemarin), memalukan bagi peradaban. Kami berharap Ankara untuk menyelidiki insiden itu dan akhirnya melindungi perbatasannya dengan Uni Eropa," ujar Mitarachi berkomentar dalam bahasa Yunani dan Inggris di Twitter sambil memperlihatkan para migran tersebut.
Polisi mengatakan, telah menyediakan pakaian dan makanan untuk para migran. "Perilaku provokatif Turki melampaui semua batas," kata Kementerian Suaka dan Migrasi Yunani.
Turki secara teratur menuduh Yunani dengan keras mendorong kembali para migran yang memasuki negara itu melalui darat dan laut. Sementara Yunani menuduh Turki mendorong maju para migran untuk menekan Uni Eropa. Para migran kebanyakan dari Afghanistan dan Suriah, dengan beberapa dari negara lain, seperti Pakistan.