Selasa 18 Oct 2022 19:55 WIB

Malaysia Yakini Mossad Jadi Dalang Penculikan Pria Palestina di Kuala Lumpur

Seorang programmer komputer Palestina diculik

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Mossad
Foto: gr.europanetwork.org
Mossad

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Badan intelijen Israel Mossad diyakini berada di balik penculikan seorang pria Palestina di sebuah jalan di Ibu Kota Kuala Lumpur, Malaysia. Surat kabar New Straits Times Malaysia pada Selama (18/10/2022) melaporkan, seorang programmer komputer Palestina diculik dan dibawa ke dalam salah satu dari dua mobil oleh empat pria yang terlibat dalam operasi "snatch-and-grab" pada malam 28 September.

Pria Palestina yang diculik itu, dipukuli saat dia dibawa ke sebuah rumah di pinggiran ibu kota dengan mata tertutup. Dia diikat ke kursi dan diinterogasi melalui panggilan video. Dia ditanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan organisasi politik Palestina, Hamas dan  sayap bersenjatanya, Brigade Qassam.

“Panggilan video telah dilakukan di depan korban. Dalam panggilan telepon itu, ada dua pria yang diyakini orang Israel, kalimat pembuka dalam panggilan video itu adalah: 'Anda tahu mengapa Anda ada di sini'," ujar laporan New Straits Times.

New Straits Times melaporkan, selama 24 jam korban diinterogasi dan dipukuli oleh petugas ketika jawabannya tidak memuaskan Israel. Seorang sumber yang mengetahui kasus tersebut, mengatakan kepada New Straits Times, dalam interogasi itu, Israel ingin tahu tentang pengalaman korban dalam pengembangan aplikasi komputer, termasuk kekuatan Hamas dalam mengembangkan perangkat lunak.

Sumber itu juga mengatakan tim penculik yang diidentifikasi sebagai warga Malaysia telah “melanggar” operasi tersebut karena membiarkan orang Palestina kedua lolos. Operator Malaysia juga gagal menutupi wajah mereka dan tidak memasang plat nomor palsu di kendaraan mereka.

Pria Palestina kedua melapor percobaan penculikan yang menimpa dirinya kepada polisi. Kemudian polisi melacak plat nomor mobil yang mengarah ke sebuah rumah. Para penculik ditangkap dan pria Palestina yang sebelumnya diculik telah dibebaskan. Kedua warga Palestina tersebut telah meninggalkan Malaysia.

Sebuah sumber Malaysia memberikan informasi kepada Aljazirah bahan, penyelidikan telah menemukan “sel Mossad” di negara tersebut. Mereka terlibat dalam memata-matai situs-situs penting, termasuk bandara, dan berusaha meretas perusahaan elektronik pemerintah.

Sumber itu mengatakan, Mossad telah mempekerjakan operator Malaysia yang dilatih di Eropa untuk melakukan operasi tersebut. Mossad telah merekrut sel yang terdiri dari sedikitnya 11 orang Malaysia yang berfokus untuk melacak aktivis Palestina.

Mossad sebelumnya dikaitkan dengan pembunuhan terhadap akademisi Palestina Fadi al-Batsh (35 tahun) yang ditembak mati dalam perjalanannya saat hend shalat subuh di Kuala Lumpur pada 2018. Kerabat Al-Batsh menuduh Mossad berada di balik pembunuhan itu.

Wakil Perdana Menteri Malaysia saat itu, Ahmad Zahid Hamidi, mengatakan, para tersangka diyakini orang Eropa yang memiliki hubungan dengan badan intelijen asing. Polisi mengatakan kedua penyerang telah menunggu al-Batsh, yang merupakan seorang anggota Hamas, di depan sebuah bangunan perumahan di distrik Setapak Kuala Lumpur selama hampir 20 menit. Pelaku menembakkan setidaknya 10 peluru, empat di antaranya langsung membunuhnya. Hamas juga menuduh Mossad membunuh al-Batsh. Sementara Israel menolak tuduhan itu.

Jerusalem Post pada Selasa, melaporkan, selama konflik Israel-Hamas pada 2021, yang menewaskan lebih dari 230 orang di Gaza dan 12 di Israel, badan Israel mengatakan bahan, itu adalah kebijakan mereka untuk menargetkan aktivis Hamas di manapun mereka berada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement