Rabu 19 Oct 2022 16:15 WIB

Rusia Diprediksi Butuh 2-4 Tahun untuk Bangun Lagi Kekuatan Militer

Rusia diprediksi butuh 2-4 tahun untuk membangun kembali kekuatan militernya

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang melihat tampilan kendaraan militer Rusia yang hancur selama Hari Pembela Ukraina di Kryvyi Rih, Ukraina, Jumat, 14 Oktober 2022.
Foto: AP/Leo Correa
Orang-orang melihat tampilan kendaraan militer Rusia yang hancur selama Hari Pembela Ukraina di Kryvyi Rih, Ukraina, Jumat, 14 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Estonia, Hanno Pevkur memprediksi, Rusia membutuhkan dua hingga empat tahun untuk membangun kembali kekuatan militernya sebelum perang Ukraina. Dalam kunjungan ke Washington pada Selasa (18/10/2022), Pevkur meramalkan perang Rusia-Ukraina akan berlangsung panjang. Dia mendesak Barat untuk berdiri bersama Ukraina sampai mereka mencapai kemenangan untuk “dunia yang bebas.”

“Dibutuhkan dua hingga empat tahun bagi Rusia untuk memulihkan beberapa kemampuanku, atau bahkan kemampuan yang sama sebelum perang," kata Pevkur, dilansir Alarabiya, Rabu (19/10/2022).

Pevkur mengatakan, dia telah mendengar laporan bahwa gudang senjata Moskow telah sangat terkuras. Rusia menggunakan sistem pertahanan udara S-300 sebagai rudal biasa, dan peluru Rusia telah meledak di udara karena mereka terlalu tua. Dia mengatakan, sanksi Barat secara khusus telah merugikan produksi pesawat terbang dan pemeliharaan helikopter Rusia.

“Ketika kita dapat menemukan cara baru tentang bagaimana mempengaruhi Rusia dengan sanksi, pasti kita perlu melakukan itu,” kata Pevkur.

Selama di Washington, Pevkur bertemu dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin. Pevkur memperingatkan, Rusia masih memiliki kapasitas untuk melakukan serangan, termasuk terhadap anggota NATO seperti Estonia. Namun, Pevkur mengecilkan kemungkinan serangan nuklir. Menurutnya, Rusia telah menempatkan ketakutan di Ukraina dengan serangan konvensionalnya.

“Saya tidak melihat ada nilai tambah yang positif bagi Rusia dari serangan nuklir. Satu-satunya hal yang bisa terjadi adalah mereka akan kehilangan pendukung mereka seperti Cina atau lainnya," ujar Pevkur.

Pentagon menyatakan, Austin memuji Estonia atas dukungannya kepada Ukraina. Austin juga menegaskan kembali komitmen AS untuk menghalangi agresi Rusia terhadap sekutu NATO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement