Kamis 20 Oct 2022 10:30 WIB

Impor Jepang Naik di Tengah Pelemahan Yen

Impor Jepang tumbuh 40 persen, menembus rekor tertingginya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria berdiri pada 14 Desember 2021, di sebuah pelabuhan di Niigata, barat laut Jepang. Kementerian Keuangan Jepang mengatakan impor Negeri Sakura tumbuh 40 persen lebih selama lima bulan berturut-turut sampai September, tembus rekor nilai tertingginya.
Foto: AP/Chisato Tanaka
Seorang pria berdiri pada 14 Desember 2021, di sebuah pelabuhan di Niigata, barat laut Jepang. Kementerian Keuangan Jepang mengatakan impor Negeri Sakura tumbuh 40 persen lebih selama lima bulan berturut-turut sampai September, tembus rekor nilai tertingginya.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Keuangan Jepang mengatakan impor Negeri Sakura tumbuh 40 persen lebih selama lima bulan berturut-turut sampai September, tembus rekor nilai tertingginya. Sementara yen semakin merosot karena biaya bahan bakar yang sudah tinggi.

Lonjakan impor melampaui pertumbuhan ekspor, menghasilkan defisit perdagangan mencapai 2 triliun yen atau 13,34 miliar dolar. Ini memperpanjang 14 bulan ketidakseimbangan neraca yang dapat menambah tekanan pada nilai mata uang Jepang.

Baca Juga

Defisit terus-menerus akan memperburuk kondisi perdagangan Jepang, mengeluarkan pendapatan domestik ke luar negeri. Sehingga menekan daya beli Jepang.

Setelah sempat disambut baik karena dinilai akan membuat ekspor lebih kompetiti, pelemahan yen kini dinilai merugikan rumah tangga dan ritel karena kenaikan harga bahan bakar dan makanan impor. Penurunan tajam yen juga meningkatkan ketidakpastian bagi perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis.

Data Kementerian Keuangan, Kamis (20/10/2022) impor Jepang naik 45,9 persen year on year pada September. Didorong harga minyak mentah, gas alam cair dan batu bara yang sesuai dengan prediksi ekonom dengan rata-rata median naik 45 persen.

Kenaikan 20 bulan berturut-turut dan bernilai sekitar 11 triliun yen, tertinggi dalam catatan. Diikuti kenaikan 49 persen pada bulan sebelumnya.

Ekspor bulan September naik 28, persen di bulan yang sama tahun lalu. Didorong pengiriman mobil ke AS dan permintaan cip dan perangkat elektronik dari Korea Selatan. Kenaikan ekspor lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan ekonom yang sekitar 27,1 persen, setelah sempat naik 22 persen bulan Agustus lain.

Dari sisi wilayah, ekspor ke China yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang pada September tumbuh 17,1 persen year on year. Didorong permintaan mobil dan perangkat pembuat cip.

Pengiriman ke AS pada bulan September naik 45,2 persen, dipicu pengiriman mobil, mesin bangunan dan pertambangan.

Kementerian Keuangan juga melaporkan pertumbuhan ekonomi tahunan pada bulan April hingga Juni meluas 3,5 persen. Menandakan kenaikan tiga kuartal berturut-turut.

Hal ini menunjukkan dicabutnya peraturan Covid-19 mendorong pengeluaran konsumen dan bisnis. Pertama kalinya sejak krisis ekonomi 1998 Jepang melakukan intervensi ke mata uang dengan menghabiskan 2,8 triliun yen untuk menjual dan membeli yen.

Nilai mata uang itu jatuh 20 persen dari dolar pada tahun ini, terendah dalam 32 tahun terakhir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement