Ahad 23 Oct 2022 21:00 WIB

Larangan Impor Keledai Hentikan Roda Ekonomi Gerobak Gaza dan Tudingan Israel

Israel melarang impor keledai ke Gaza atas tudingan penyiksaan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi keledai. Israel melarang impor keledai ke Gaza atas tudingan penyiksaan
Foto: Glossy
Ilustrasi keledai. Israel melarang impor keledai ke Gaza atas tudingan penyiksaan

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA — Israel telah melarang keledai memasuki Jalur Gaza sejak Desember tahun lalu. 

Larangan ini sekaligus menghentikan roda ekonomi gerobak Gaza, di mana biasanya gerobak keledai tersebut akan beroperasi di pasar sayur di lingkungan Sheikh Radwan di Gaza. 

Baca Juga

“Pada Desember, saya diberitahu otoritas Israel di Erez Crossing bahwa saya tidak diizinkan untuk mendapatkan izin impor keledai,” kata Al-Nadi (40) seorang pedagang keledai, dilansir dari Arab News, Ahad (23/10/2022). 

Dia mengatakan sebuah organisasi non-pemerintah Israel mengklaim bahwa keledai disiksa di Gaza dan setelah mereka diimpor dari Israel, mereka disembelih dan kulitnya dijual ke China melalui Mesir. 

Ofer Stritch, dari Starting Over, sebuah tempat perlindungan hewan nirlaba Israel, mengatakan: “Kami belajar dari berbagai sumber di Gaza bahwa banyak keledai yang tiba di jalur itu melalui Israel dikirim ke Mesir di mana mereka disembelih dan kulitnya dijual ke China.” 

“Kami menyadari bahwa ada peningkatan tiba-tiba dalam jumlah keledai yang diangkut dari Israel ke Mesir melalui Gaza,” sambungnya. 

Al-Nadi membantah tuduhan itu dan berkata: “Kami tidak dapat mengekspor apa pun melalui Mesir, dan keledai tidak disembelih di Gaza. Saya tidak tahu alasan klaim ini,” ujarnya. 

Menurut Al-Nadi, Israel adalah satu-satunya sumber untuk mengimpor keledai, yang digunakan untuk transportasi murah mengingat harga bahan bakar yang tinggi, ke Jalur Gaza.

 

Orang-orang Palestina menggunakan keledai untuk menarik gerobak mengangkut hasil pertanian ke pasar atau dijual oleh pedagang kaki lima.

“Selama 15 tahun saya telah menggunakan gerobak keledai untuk menjual sayuran di jalan-jalan Gaza. Ini adalah keledai kedua yang saya beli sejak awal saya bekerja di ladang ini,” ujar Mahmoud Al-Ra'i (33).

Al-Ra'i ingin mengganti keledainya sebulan yang lalu, tetapi dia membatalkan ide itu ketika dia mengetahui tentang tingginya harga keledai sebagai akibat dari larangan impor hewan oleh Israel.

Harga rata-rata seekor keledai di Jalur Gaza adalah sekitar 200 dolar (Rp 3 juta) tetapi sekarang telah meningkat menjadi sekitar 800 dolar (Rp 12 juta).

Bisnis Gaza menggunakan alat transportasi tradisional termasuk truk dan tuk-tuk, tetapi harga bahan bakar yang tinggi sebesar 2 dolar (Rp 31 ribu) per liter telah mendorong beberapa pengemudi untuk menggunakan keledai dan kuda.

Menurut Rami Al-Shandaghli (47), harga bahan bakar yang tinggi di Gaza, dan tingkat keuntungannya yang rendah memperburuk kondisi ekonomi masyarakat kecil di Gaza. 

Keledai menurutnya satu-satunya cara karena biaya memberi makan dan merawat mereka sangat rendah.

“Biaya makanan keledai per hari tidak melebihi 5 shekel atau 1,5 dolar (Rp 23 ribu) luka dapat disembuhkan dengan berenang di laut, dan umur rata-rata keledai adalah 20 tahun,” kata Al-Shandaghli.

Israel mengendalikan sebagian besar impor Jalur Gaza saat mereka masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom.

Mesir mengizinkan beberapa barang masuk ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Salah El-Din

Menurut Al-Nadi, Jalur Gaza biasa mengimpor antara 500-600 keledai setiap tahun, tetapi sejak awal tahun, tidak ada keledai baru yang masuk ke Gaza.

“Saat ini saya tidak memiliki pekerjaan di bidang keledai. Sampai masalah ini terselesaikan, saya akan membantu ayah saya memelihara sapi. Israel juga telah menangguhkan izin masuk saya,” katanya

 

Sumber: arabnews   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement