Selasa 25 Oct 2022 05:56 WIB

Diwawancara, Perdana Menteri Inggris Baru Ucapkan 'Insya Allah'

Rishi Sunak, politikus Partai Konservatif keturunan India menjadi PM Inggris.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Politikus Partai Konservatif Rishi Sunak (42 tahun) terpilih sebagai perdana menteri Inggris menggantikan Liz Truss.
Foto: Tolga Akmen/Foto Pool via AP, FIle
Politikus Partai Konservatif Rishi Sunak (42 tahun) terpilih sebagai perdana menteri Inggris menggantikan Liz Truss.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Politikus Partai Konservatif Rishi Sunak (42 tahun) mencuri perhatian publik setelah terpilih sebagai perdana menteri (PM) Inggris menggantikan Liz Truss, yang cuma bertahan 44 hari. Politikus keturunan India tersebut mengucapkan kata yang identik dengan digunakan kaum Muslim kala diwawancara Sky News.

"I think, insya Allah, it's gonna be decision dream (saya pikir, insya Allah, ini akan menjadi keputusan impian)," kata Sunak dalam wawancara yang disiarkan Sky News dikutip Republika di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Ucapan Sunak tersebut jelas mengundang perhatian banyak kalangan, termasuk Kepala Biro Middle East Eye Turki, Ragip Soylu. Politikus Inggris siapa pun itu mengatakan, insya Allah menarik jika Anda bertanya kepada saya," katanya lewat akun @ragipsoylu.

Baca juga : Dewan Sesepuh Muslim Gelar Seminar Perangi Rasialisme di Frankfurt Book Fair

Rishi Sunak akan menjadi perdana menteri pertama Inggris kulit berwarna pada Selasa. Dia dipastikan akan dilantik setelah memenangkan perlombaan untuk memimpin Partai Konservatif, yang ditugaskan untuk mengendalikan negara yang sangat terpecah akibat penurunan ekonomi yang akan membuat jutaan orang menjadi lebih miskin.

Reuters melaporkan, Sunak perlu mengembalikan stabilitas Inggris akibat kekacauan politik dan ekonomi. Dia juga berusaha untuk memimpin sebuah partai yang telah retak di sepanjang garis ideologis.

Sunak mengatakan kepada anggota parlemennya pada Senin bahwa mereka menghadapi "krisis eksistensial" dan harus "bersatu atau mati". Dia mengatakan, Inggris saat ini menghadapi "tantangan ekonomi yang mendalam".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement