REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri Rusia memperingatkan satelit komersial Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya bisa menjadi target Rusia. Bila Barat terlibat dalam perang di Ukraina.
Rusia yang meluncurkan satelit pertamanya Sputnik 1 pada 1957 dan mengirimkan manusia ke luar angkasa pada 1961 memiliki kapabilitas tempur antariksa secanggih AS dan China. Pada 2021 lalu Rusia meluncurkan rudal antisatelit ke satelitnya sendiri.
Di PBB, deputi direktur departemen nonproliferasi dan pengendalian senjata Kementerian Luar Negeri Rusia Konstantin Vorontsov mengatakan AS dan sekutu-sekutunya menggunakan antariksa untuk memaksakan dominasi Barat. Vorontsov mengatakan penggunaan satelit-satelit Barat membantu Ukraina dalam perang "tren yang sangat berbahaya."
"Infrastruktur kuasi-sipil mungkin target sah serangan balasan," kata Vorontsov Komite Pertama PBB, Kamis (27/10/2022).
Ia menambahkan langkah Barat menggunakan satelit dalam membantu Ukraina merupakan tindakan "provokatif."
"Kami berbicara tentang keterlibatan komponen infrastruktur sipil di luar angkasa oleh Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk yang komersial, di konflik bersenjata," kata Vorontsov seperti dikutip PBB.
Vorontsov tidak menyinggung perusahaan satelit tertentu meski pada awal bulan ini Elon Musk mengatakan perusahaan roketnya SpaceX akan terus mendanai layanan internet Starlink di Ukraina. Ia menyinggung perlunya "berbuat baik."
Perang di Ukraina telah menewaskan puluhan ribu orang, menekan pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19 di seluruh dunia dan memicu konfrontasi terburuk antara Rusia dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962.