Selasa 01 Nov 2022 09:44 WIB

Korut Desak AS-Korsel Hentikan Latihan Udara Gabungan

Korut memperingatkan akan menggunakan kekuatannya jika AS terus memprovokasi

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dalam pos penjagaan militer di Paviliun Imjingak di Paju, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Jumat, 14 Oktober 2022. Pasukan Korea Selatan (Korsel) memulai latihan pertahanan tahunan Hoguk.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dalam pos penjagaan militer di Paviliun Imjingak di Paju, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Jumat, 14 Oktober 2022. Pasukan Korea Selatan (Korsel) memulai latihan pertahanan tahunan Hoguk.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) pada Selasa (1/11/2022) mendesak penghentian latihan udara gabungan Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan (Korsel). Korut memperingatkan akan menggunakan kekuatannya yang lebih besar jika AS melanjutkan provokasi militer.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Korut menyebut latihan Vigilant Strom AS-Korsel adalah provokasi militer tanpa henti dan sangat sembrono.

Baca Juga

"Latihan itu adalah latihan perang untuk agresi yang terutama ditujukan untuk menyerang sasaran strategis DPRK jika terjadi kemungkinan di Semenanjung Korea," kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya itu melalui Korea Central News Agency (KCNA) dikutip laman Yonhap, Selasa.

DPRK adalah akronim dari nama resmi Korut, Democratic People's Republic of Korea. Sementara Republik of Korea merujuk pada nama Korsel.

Sekutu pada Senin memulai latihan udara bersama besar-besaran pertama dalam hampir lima tahun. Lebih dari 240 pesawat termasuk jet siluman, dikerahkan di atas langit semenanjung Korea. Latihan yang berlangsung hingga Jumat ini terjadi di tengah spekulasi yang berkembang bahwa Pyongyang akan segera melakukan uji coba nuklir.

Juru bicara Korut itu juga memperingatkan bahwa Pyongyang siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan rakyat dan integritas teritorial dari ancaman militer luar.

"Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, DPRK akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat," kata juru bicara itu.

Korut memang telah lama mengecam latihan militer gabungan antara AS dan Korsel. Menurut Pyongyang latihan itu bertujuan untuk invasi.

Negara yang dipimpin Kim Jong-un pun menyerukan Washington untuk mengakhiri kebijakan bermusuhan. Kendati begitu, AS dan Korsel menekankan bahwa latihan ini bersifat defensif.

Latihan udara gabungan lima hari itu dilakukan setelah serangkaian provokasi oleh Pyongyang dalam beberapa pekan terakhir, termasuk penembakan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur pada Jumat pekan lalu dan peluncuran peluru artileri terbaru. Sehari sebelumnya, empat pesawat tempur siluman F-35B dari Skuadron Serangan Tempur Laut AS 242, yang berbasis di Iwakuni, Jepang, tiba di Pangkalan Udara Kunsan di kota itu atau 179 kilometer selatan Seoul. Mereka akan mengikuti pelatihan ke-7 AS.

"Sebagai bagian dari acara latihan tempur gabungan tahunan komando Angkatan Udara Pasifik, pesawat generasi kelima berbagi ruang udara Korea dengan pesawat dan personel dari Sayap Tempur ke-8, Grup Tempur ke-38 Angkatan Udara ROK dan beberapa unit lainnya dari seluruh penjuru Komando Indo-Pasifik," kata Angkatan Udara AS.

Untuk latihan pekan ini, AS mengerahkan sekitar 100 aset, termasuk pesawat perang elektronik EA-18, tanker KC-135 dan pesawat pengintai ketinggian tinggi U-2. Sementara Korsel memobilisasi sekitar 140 pesawat, termasuk jet siluman F-35A. , dan pesawat tempur F-15K dan KF-16.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement