Selasa 01 Nov 2022 14:33 WIB

Kolera Menyebar Cepat di Lebanon

Penyebaran wabah kolera diperburuk oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pasien penderita kolera (ilustrasi). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (31/10/2022) memperingatkan, wabah kolera menyebar dengan cepat di seluruh Lebanon.
Foto: AP Photo/Ramon Espinosa
Pasien penderita kolera (ilustrasi). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (31/10/2022) memperingatkan, wabah kolera menyebar dengan cepat di seluruh Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (31/10/2022) memperingatkan, wabah kolera menyebar dengan cepat di seluruh Lebanon. Penyebaran wabah diperburuk oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan dan infrastruktur yang hancur.

Wabah kolera pertama kali diidentifikasi di Lebanon pada awal bulan ini, setelah penyakit mematikan itu menyebar dari negara tetangga, Suriah. Pewakilan WHO di Lebanon Abdinasir Abubakar mengatakan, situasi di Lebanon rapuh karena krisis ekonomi dan politik.

Baca Juga

"Situasi di Lebanon rapuh karena negara itu sudah berjuang untuk memerangi krisis lain, ditambah dengan kemunduran politik dan ekonomi yang berkepanjangan,” kata Abubakar, dilaporkan Alarabiya, Senin (31/10/2022).

Sejak 5 Oktober, lebih dari 1.400 kasus yang dicurigai sebagai wabah kolera telah dilaporkan di Lebanon, termasuk 381 kasus yang dikonfirmasi dan 17 kematian. Wabah itu awalnya menyebar secara terbatas di utara Lebanonyang miskin. Abubakar mengatakan, wabah kemudian menyebar dengan cepat" di seluruh Lebanon.

WHO telah membantu Lebanon untuk mengamankan 600.000 dosis vaksin kolera. WHO sedang berupaya untuk mengamankan lebih banyak vaksin karena penyebaran wabah kolera yang cepat.

Kolera umumnya tertular dari makanan atau air yang terkontaminasi, serta menyebabkan diare dan muntah. Penyakit ini juga dapat menyebar di daerah pemukiman yang tidak memiliki jaringan pembuangan air limbah yang layak atau air minum utama.

Wabah di Lebanon datang setelah gelombang wabah kolera terjadi di Suriah. Menurut PBB, perang di Suriah yang berlangsung lebih dari satu dekade merusak hampir dua pertiga instalasi pengolahan air, setengah dari stasiun pompa dan sepertiga menara air. Sungai Efrat, yang telah terkontaminasi oleh limbah, diyakini menjadi sumber wabah kolera besar pertama di Suriah sejak 2009.

"Jenis kolera yang diidentifikasi di Lebanon mirip dengan yang beredar di Suriah," kata WHO.

Pihak berwenang Lebanon mengatakan, sebagian besar kasus kolera terjadi di antara pengungsi Suriah. Lebanon menampung lebih dari satu juta pengungsi Suriah. Sebagian besar pengungsi sudah dilanda kemiskinan sebelum ekonomi Lebanon runtuh tiga tahun lalu.

“Kerentanan orang-orang di Lebanon diperburuk oleh kondisi ekonomi yang berkepanjangan, serta akses terbatas ke air bersih dan sanitasi yang layak di seluruh negeri,” kata WHO.

Pemadaman listrik berkepanjangan di seluruh Lebanon telah mengganggu pekerjaan stasiun pompa air dan jaringan saluran pembuangan. WHO mengatakan, kolera dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati. Namun sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala berat atau gejala ringan. 

Di seluruh dunia, penyakit ini mempengaruhi antara 1,3 juta dan empat juta orang setiap tahun. Kolera membunuh antara 21.000 dan 143.000 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement