REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada Selasa (1/11/2022) mengatakan, bencana tanah longsor di Provinsi Maguindanao disebabkan oleh penggundulan hutan selama bertahun-tahun. Tanah longsor yang dipicu oleh Badai Tropis Nalgae di Provinsi Maguindanao menewaskan lebih dari 130 orang.
Selama inspeksi udara di Provinsi Maguindanao selatan, presiden menunjukkan kepada gubernur provinsi bagaimana tanah longsor mengalir di lereng Gunung Minandar yang gundul. Ini menjadi bencana alam terburuk dihadapi Marcos Jr, sejak menjabat pada Juni.
“Saya perhatikan bahwa di semua tempat di mana tanah longsor turun, gunung-gunungnya gundul. Itulah masalahnya,” kata Marcos Jr. kepada gubernur provinsi dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan anggota kabinet utama di Maguindanao.
“Kita harus melakukan penanaman pohon untuk pengendalian banjir kita. Kami telah mendengar tentang ini berulang kali, tetapi kami masih menebang pohon, jadi itulah yang terjadi, tanah longsor ini," kata Marcos Jr.
Hujan badai melanda wilayah kepulauan Filipina yang luas, menewaskan sedikitnya 132 orang dan melukai 2,4 juta orang lainnya. Lebih dari 6.500 rumah rusak, roboh atau hanyut oleh banjir bandang.
Daerah yang paling parah terkena dampak adalah Desa Kusiong di Maguindanao, yang terletak di antara kaki Gunung Minandar dan Teluk Moro.
Hujan deras pada Kamis (27/10/2022) malam menyebabkan tanah longsor yang mengubur desa di lereng gunung, yang sebagian besar dihuni oleh kelompok etnis Teduray.
Dua puluh satu jenazah termasuk anak-anak, telah ditarik keluar oleh lebih dari 260 tim penyelamat yang terdiri dari tentara, polisi, pemadam kebakaran, penjaga pantai dan penyelamat sipil. Operasi penyelamatan juga melibatkan anjing pelacak.
Sebuah video yang diberikan oleh penjaga pantai kepada media pada Senin (31/10/2022) menunjukkan beberapa anak buahnya membantu mencari mayat yang terkubur di Kusiong dengan menusukkan tongkat kayu panjang ke lumpur berwarna coklat muda. Para pejabat mengatakan kepada presiden bahwa kesiapsiagaan bencana mengalami kendala cuaca yang tidak dapat diprediksi, termasuk di Maguindanao, yang merupakan wilayah pegunungan dengan dataran berawa. Pada masa lalu wilayah ini jarang dilanda badai. Marcos Jr mengatakan, sulit untuk memutuskan di mana akan mengerahkan kapal penyelamat dan peralatan pemindahan tanah lainnya saat topan mendekat.
“Itulah masalahnya hari ini, benar-benar ada perubahan iklim sekarang. Tidak bisa dipungkiri,” ujar Marcos Jr.
Sekitar 20 topan dan badai melanda kepulauan Filipina setiap tahun. Filipina terletak di “Cincin Api” Pasifik, yaitu sebuah wilayah di sepanjang tepi Samudra Pasifik yang banyak mengalami letusan gunung berapi dan gempa bumi. Hal ini menjadikan Filipina sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia.