Rabu 02 Nov 2022 17:55 WIB

Presiden Bolsonaro Akui Kekalahan dan Bersedia Serahkan Kekuasaan

Bolsonaro telah memberinya wewenang untuk memulai proses penyerahan kekuasaan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pemerintahan Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengisyaratkan kesediaan untuk menyerahkan kekuasaan, dua hari setelah kalah dari kandidat sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilihan presiden.
Foto: AP/Eraldo Peres
Pemerintahan Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengisyaratkan kesediaan untuk menyerahkan kekuasaan, dua hari setelah kalah dari kandidat sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilihan presiden.

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Pemerintahan Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengisyaratkan kesediaan untuk menyerahkan kekuasaan, dua hari setelah kalah dari kandidat sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilihan presiden. Pada Selasa (1/11/2022), Bolsonaro dilaporkan mengatakan kepada anggota Mahkamah Agung Brasil bahwa pertempuran melawan da Silva telah berakhir.  

"Ini sudah berakhir. Jadi, mari kita lihat ke depan," ujar Hakim Agung Luiz Edson Fachin usai bertemu dengan Bolsonaro.

Baca Juga

Dua hakim lain yang diinterogasi oleh wartawan menolak berkomentar tentang pertemuan dengan Bolsonaro selama satu jam itu. Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes juga hadir, tetapi tidak berkomentar. Pengadilan tinggi mengatakan, dalam pertemuan itu para hakim mengatakan kepada Bolsonaro bahwa penting untuk mengakui hasil pemilihan, dan rakyat Brasil memiliki kebebasan untuk bergerak.  

Sebelumnya, dalam komentar publik pertamanya sejak hasil pemilihan diumumkan, Bolsonaro mengatakan bahwa dia tidak menyerah. Tetapi setelah itu kepala staf kepresidenan mengatakan kepada wartawan, Bolsonaro telah memberinya wewenang untuk memulai proses penyerahan kekuasaan. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan para pemimpin internasional lainnya secara terbuka mengakui kemenangan da Silva, termasuk beberapa sekutu terdekat Bolsonaro. 

Bolsonaro kalah dalam pemilihan presiden pada Ahad (30/10/2022) dengan selisih tipis. Bolsonaro meraup 49,1 persen suara, sementara da Silva mengantongi 50,9 persen suara. Ini adalah pemilihan presiden terketat sejak Brasil menjadi negara demokrasi pada 1985. Ini juga menandai pertama kalinya Bolsonaro kalah dalam pemilihan umum dalam 34 tahun karir politiknya.

Kekalahan Bolsonaro menuai protes dari para pendukungnya. Mereka memblokade jalan sehingga menimbulkan kemacetan. Sebelumnya di Sao Paulo, yang merupakan negara bagian terpadat dan ekonomi terbesar di Brasil, kemacetan lalu lintas di sekitar bandara internasional menyebabkan puluhan pembatalan penerbangan. Rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan para pelancong menarik koper mereka di sepanjang jalan raya dalam kegelapan untuk mengejar penerbangan mereka.

Jalan raya telah dibersihkan pada Selasa pagi. Tetapi pejabat bandara mengatakan akses tetap sulit karena lalu lintas masuk dan keluar dari bandara masih tersendat.

Seorang pengunjuk rasa, Dalmir Almeida (38 tahun) mengatakan, setelah menyelesaikan aksi mogok selama tiga hari, dia dan beberapa orang lainnya akan mengendarai truk ke barak militer untuk meminta dukungan mereka. “Tentara akan mendukung kita,” katanya.

Di blok jalan lainnya di negara bagian Sao Paulo, pengunjuk rasa membakar ban. Gubernur Sao Paulo Rodrigo Garcia mengatakan, negosiasi dengan pengunjuk rasa telah berakhir, dan dia tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan.

Sementara di Minas Gerais, negara bagian penting dalam pemilu, sebuah video di media sosial menunjukkan seorang pengunjuk rasa menduga ada kecurangan dalam pemilihan presiden. Pengguna media sosial, termasuk di beberapa grup obrolan Telegram dan WhatsApp, mereka menuntut agar militer turun ke jalan, atau Kongres dan Mahkamah Agung dibubarkan sehingga Bolsonaro tetap menjabat.

“Kami ingin Bolsonaro pada 2023 dan untuk tahun-tahun mendatang,” kata para pengunjuk rasa.

Sebagian besar pendukung Bolsonaro meyakini ada kecurangan dalam pemilihan presiden. Bahkan beberapa pendukung menyerukan intervensi militer, serta pembubaran Kongres dan Mahkamah Agung. Sebelumnya pada Selasa, Mahkamah Agung Brasil memerintahkan polisi jalan raya federal untuk segera membersihkan jalan dari blokade massa. Pada pukul 20:30 waktu setempat, polisi jalan raya mengatakan, mereka telah menghapus 419 blokade. Tetapi hampir 200 blokade masih berlangsung.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement