REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Delegasi Iran akan berkunjung ke Wina beberapa hari ke depan untuk menyempitkan perbedaan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pengawas nuklir PBB. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian.
"Kami akan mengirimkan delegasi dari Iran ke Wina dalam beberapa hari ke depan untuk memulai pembicaraan dengan IAEA dan kami berharap dapat menyelesaikan sisa masalah berdasarkan apa yang telah kami sepakati dalam beberapa hari terakhir," katanya di konferensi pers, Rabu (2/11/2022).
Amirabdollahian juga mengatakan ia akan berbicara dengan diplomatik tinggi Uni Eropa Josep Borrell. Ia ingin membahas kesepakatan dengan negara-negara besar untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir 2015.
Perundingan tak langsung antara Teheran dan Washington untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir itu mengalami kebuntuan. Iran meminta agar IAEA menghentikan penyelidikan pada jejak uranium yang ditemukan di lokasi-lokasi yang diungkapkan sebagai lokasi nuklir.
Sebelumnya Juru bicara Gedung Putih mengatakan AS prihatin pada ancaman Iran ke Arab Saudi. Ia menegaskan Washington tidak akan segan untuk meresponnya bila diperlukan.
"Kami prihatin dengan gambar ancaman, dan kami masih menjaga kontak melalui jalur militer dan intelijen dengan Arab Saudi, kami tidak segan untuk bertindak dalam mempertahankan kepentingan dan mitra kami di kawasan," kata juru bicara tersebut di Dewan Keamanan Nasional AS, Selasa (1/11/2022).
Hal ini disampaikan setelah surat kabar Wall Street Journal melaporkan Arab Saudi membagikan data intelijen dengan AS. Intelijen itu memperingatakan serangan nyata Iran pada target Arab Saudi.
AS mengatakan Iran memasok drone ke Rusia yang digunakan dalam perang di Ukraina. Washington pun menahan negosiasi kesepakatan nuklir yang mantan Presiden AS Donald Trump tinggalkan 2018 lalu.