Jumat 04 Nov 2022 11:11 WIB

Serangan Siber di Australia Melonjak Tajam

Australia mengatakan serangan siber terjadi setiap tujuh menit sekali.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pemerintah Australia mengatakan serangan siber melonjak. Tercatat serangan siber terjadi setiap tujuh menit sekali
Foto: ABC
Pemerintah Australia mengatakan serangan siber melonjak. Tercatat serangan siber terjadi setiap tujuh menit sekali

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pemerintah Australia mengatakan serangan siber yang dilakukan penjahat dan kelompok yang didukung negara tertentu meningkat selama tahun finansial tahun lalu. Australia mengatakan serangan siber terjadi setiap tujuh menit sekali.

Berdasarkan laporan ancaman siber terbaru Pusat Keamanan Siber Australia (ACSC) menerima 76 ribu laporan serangan siber sepanjang tahun finansial tahun lalu. Angka ini naik 13 persen dibandingkan periode sebelumnya.

Baca Juga

Selain serangan yang mengincar individu untuk penipuan dan pencurian. Laporan itu juga memperingatkan serangan kelompok yang disponsori negara menjadikan ruang siber sebagai "medan perang". Laporan itu menyinggung serangan siber kelompok-kelompok yang memiliki koneksi dengan Kementerian Keamanan Negara China, Iran dan Rusia.

ACSC mengatakan selama periode tersebut sejumlah serangan ke layanan penting Australia berhasil digagalkan. Termasuk serangan ke perusahaan utilitas negara CS Energy yang bertanggung jawab atas produksi listrik Australia, pada November 2021 lalu.

"Ini tidak hanya tentang penipuan atau teks yang mungkin anda atau saya terima tapi masalah nyata sekitar keamanan negara kami ke depannya," katanya Menteri Keamanan Siber Clare O'Niel pada Australian Broadcasting Company pada Jumat (4/11/2022).

"Fokus pemerintah adalah keamanan nasional," tambahnya.

ACSC bagian dari lembaga pengumpul data intelijen Direktorat Sinyal. Badan itu melaporkan 95 insiden siber yang berdampak pada infrastruktur penting pada tahun fiskal tahun lalu.

Laporan tahunan ketiga mencakup periode sebelum peretasan terhadap perusahaan telekomunikasi Australia Optus yang dimiliki Singapore Telecommunications Ltd dan perusahaan asuransi Medibank Private Ltd. Total pelanggan dua perusahaan itu mencapai 14 juta orang.

Laporan ACSC menegaskan tuduhan peretasan ke Optus dan Medibank relatif tidak canggih. Sebagian besar karena perangkat lunak mereka belum diperbaharui secara memadai.  

Pekan lalu pakar mengatakan Australia kekurangan tenaga terampil dan membuat ahli keamanan siber harus lembur. Rata-rata kerugian yang dialami bisnis akibat serangan siber 14 persen selama periode itu. Rata-rata merugikan bisnis kecil sekitar 39 ribu dolar Australia atau 24,540 dolar AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement