Ahad 06 Nov 2022 04:27 WIB

Korut-AS Saling Berbalasan Uji Coba Senjata

Empat rudal jarak pendek yang ditembakkan dari daerah pantai barat Korut.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Orang-orang menonton layar TV yang menampilkan program berita yang melaporkan tentang peluncuran rudal Korea Utara dengan file gambar, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, Senin, 17 Januari 2022.
Foto: AP/Lee Jin-man
Orang-orang menonton layar TV yang menampilkan program berita yang melaporkan tentang peluncuran rudal Korea Utara dengan file gambar, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, Senin, 17 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - - Korea Utara (Korut) menambah rentetan demonstrasi senjata baru-baru ini dengan meluncurkan empat rudal balistik ke laut pada Sabtu (5/11/2022). Sebagai tindakan balasan, Amerika Serikat (AS) mengirim dua pembom supersonik yang melesat di atas Korea Selatan (Korsel). 

Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan, empat rudal jarak pendek yang ditembakkan dari daerah pantai barat Korut sekitar tengah hari terbang sekitar 130 kilometer menuju laut barat negara itu. Negara tetangga itu telah menguji coba lebih dari 30 rudal minggu ini, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) yang memicu peringatan evakuasi di Jepang utara pada Kamis (3/11/2022).

Baca Juga

Pyongyang juga menerbangkan sejumlah besar pesawat tempur di dalam wilayahnya sebagai reaksi marah terhadap latihan udara gabungan besar-besaran antara Washington dan Seoul. 

Militer Korsel mengatakan, dua pembom B-1B dilatih dengan empat jet tempur F-16 AS dan empat jet F-35 Korsel selama hari terakhir latihan angkatan udara gabungan “Vigilant Storm” yang berakhir Sabtu. Ini menandai pertama kalinya sejak Desember 2017 bahwa pembom dikerahkan ke Semenanjung Korea. Latihan tersebut melibatkan sekitar 240 pesawat tempur, termasuk jet tempur canggih F-35 dari kedua negara.

Kementerian Luar Negeri Korut menggambarkan tindakan militer negara itu minggu ini sebagai tanggapan yang tepat terhadap latihan tersebut. Pengerahan itu dinilai sebagai histeria konfrontasi militer AS. Pyongyang juga akan menanggapi dengan penangkal terberat untuk setiap upaya dari pasukan musuh untuk melanggar kedaulatan atau kepentingan keamanannya.

Kepala Staf Gabungan Korel mengatakan, partisipasi B-1B dalam latihan bersama menunjukkan kesiapan sekutu untuk menanggapi dengan tegas provokasi Korut. Armada itu bentuk komitmen AS untuk membela sekutunya dengan berbagai kemampuan militernya, termasuk nuklir.

Pengerahan B-1B telah menjadi pertunjukan kekuatan yang akrab selama periode ketegangan terakhir dengan Korut, termasuk uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang provokatif pada 2017. Namun armada itu telah dihentikan dalam beberapa tahun terakhir karena AS dan Korsel menghentikan latihan skala besar  untuk mendukung upaya diplomatik mantan pemerintahan Donald Trump dengan Korut dan pembatasan akibat pandemi Covid-19.

Sekutu melanjutkan pelatihan skala besar mereka tahun ini setelah Korut meningkatkan pengujian senjatanya ke rekor baru. Tindakan itu juga mengeksploitasi perpecahan di Dewan Keamanan PBB atas perang Rusia di Ukraina sebagai jendela untuk mempercepat pengembangan senjata.

Vigilant Storm awalnya dijadwalkan berakhir Jumat (4/11/2022). Namun sekutu memutuskan untuk memperpanjang pelatihan sehari sebagai tanggapan atas serangkaian peluncuran balistik, termasuk ICBM yang memicu peringatan evakuasi dan menghentikan kereta di Jepang utara.

Peluncuran itu terjadi setelah Korut menembakkan lebih dari 20 rudal sehari sebelumnya dan menjadi peluncuran terbanyak dalam satu hari. Peluncuran itu dilakukan setelah pejabat senior militer Korut Pak Jong-chon mengeluarkan ancaman terselubung dari konflik nuklir dengan AS dan Kors atas latihan bersama. Latihan ini, menurut Korea Utara, adalah latihan untuk kemungkinan invasi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan pada Jumat, AS dan Korsel telah menciptakan atmosfer tidak stabil yang serius di kawasan itu dengan latihan militernya. Dia menuduh Washington memobilisasi sekutunya dalam kampanye menggunakan sanksi dan ancaman militer untuk menekan Pyongyang agar melucuti senjata secara sepihak.

"Provokasi yang berkelanjutan pasti akan diikuti oleh tindakan balasan yang berkelanjutan," kata pernyataan itu.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement