Ahad 06 Nov 2022 07:45 WIB

Pelaku Teror di Imigrasi Inggris Terkontaminasi Ideologi Ekstrem Kanan Anti-Imigran   

Pelaku teror di Imigrasi Inggris melakukan aksinya sendiri dengan bom bensin

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi). Pelaku teror di Imigrasi Inggris melakukan aksinya sendiri dengan bom bensin
Foto: Andi Rain/EPA-EFE
Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi). Pelaku teror di Imigrasi Inggris melakukan aksinya sendiri dengan bom bensin

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Polisi Inggris mengatakan pada Sabtu (5/11/2022), bukti menunjukkan ideologi teroris sayap kanan ekstrem telah memotivasi serangan bom bensin di sebuah pusat imigrasi di kota pelabuhan Inggris selatan Dover pada 30 Oktober. Tidak ada yang terluka parah dalam insiden itu. 

Menurut keterangan polisi, Andrew Leak berusia 66 tahun merupakan pelaku yang melakukan aksinya sendiri. Dia ditemukan tewas di stasiun layanan terdekat segera setelah serangan itu.  

Baca Juga

"Saat ini tidak ada yang menunjukkan pelaku bekerja bersama orang lain dan diyakini tidak ada ancaman yang lebih luas bagi publik," kata pernyataan polisi. 

Bukti dari perangkat media digital menunjukkan Leak dimotivasi ideologi sayap kanan yang ekstrem. Meskipun ada juga indikasi kuat bahwa kesehatan mental Leak merupakan faktor dalam serangan itu dan penyelidikan terus berlanjut. 

"Saya puas bahwa tindakan tersangka terutama didorong oleh ideologi ekstremis. Ini memenuhi ambang batas untuk insiden teroris," kata Koordinator Nasional Senior untuk Kepolisian Anti-Terorisme Tim Jacques.  

Imigrasi adalah isu politik yang memanas di Inggris. Sedangkan fasilitas imigrasi Dover adalah pemberhentian pertama bagi ribuan orang yang melakukan perjalanan berbahaya melintasi Selat Inggris untuk mencari suaka di Inggris. 

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, mengatakan negara itu adalah tempat yang penuh kasih dan ramah bagi pencari suaka. Namun, kondisi itu dinilai bisa tercipta tergantung pada negara yang mampu secara efektif mengawasi perbatasannya. 

Menteri Dalam Negeri, Suella Braverman, menghadapi kritik keras karena menggambarkan kedatangan pencari suaka sebagai sebuah invasi. 

Dia pun menginginkan London keluar dari Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan memiliki impian negara itu menerapkan deportasi pencari suaka ke Rwanda. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement