Senin 07 Nov 2022 08:22 WIB

Presiden Kamerun Paul Biya Tandai 40 Tahun Berkuasa

Paul Biya merupakan salah satu pemimpin terlama yang berkuasa di sebuah negara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Paul Biya
Foto: Twitter
Paul Biya

REPUBLIKA.CO.ID, YAOUNDE -- Presiden Kamerun, Paul Biya pada Ahad (6/11/2022) menandai 40 tahun kepemimpinannya. Biya (89 tahun) merupakan salah satu pemimpin terlama yang berkuasa di sebuah negara.

Biya tidak muncul di depan umum sejak Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Kamerun pada Juli. Namun foto-foto Biya yang menerima kunjungan sejumlah diplomat secara teratur diunggah di akun media sosial presiden.

Sebuah acara untuk memperingati 40 tahun kekuasaan Biya dijadwalkan digelar di Balai Kota di Ibu Kota Kamerun, Yaounde. Tetapi Biya tidak diharapkan untuk hadir. Hampir 100 orang dewasa muda melakukan long march melalui jalan-jalan di kota terbesar Douala, beberapa hari sebelumnya. Mereka membawa foto presiden dan spanduk degan tulisan, "Paul Biya: 40 tahun stabilitas, kebebasan dan demokrasi."

Seorang kritikus rezim Biya, Darling Nguevo, menuduh pemerintah membayar para demonstran untuk menunjukkan dukungan tersebut. Nguevo dan simpatisan oposisi lainnya pada Ahad (6/11/2022) melakukan aksi turun ke jalan dengan mengenakan pakaian hitam.

"6 November dianggap sebagai hari berkabung nasional karena Biya mewarisi negara yang kaya, makmur, dan berkembang. Dan dia mulai membongkar setiap sektor kehidupan dan masyarakat," ujar Nguevo.

“Korupsi telah meraja lela di negara ini.  Begitu juga dengan pemerintahan yang buruk.  Paul Biya sudah tua dan jarang tampil di depan umum, dan ini terjadi dengan latar belakang pertarungan suksesi,” tambah Nguevo.

Biya adalah pemimpin terlama kedua di Afrika setelah Presiden Guinea Khatulistiwa, Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, yang berkuasa sejak 1979. Biya sebelumnya merupakan perdana menteri Kamerun. Dia diangkat menjadi presiden pada 1982 setelah pendahulunya yaitu presiden pertama Kamerun setelah kemerdekaan dari Prancis, mengundurkan diri karena alasan kesehatan.

Biya selamat dari upaya kudeta pada 1984. Ketika pemilihan multi-partai pertama akhirnya diadakan pada 1992, Biya mengalahkan saingan oposisinya dengan selisih suara 4 poin persentase. Menurut analis politik, dalam beberapa dekade sejak itu, partai Biya telah menggunakan segala cara mulai dari penipuan hingga pemilihan ulang untuk memperluas kemenangannya dan mayoritas legislatif partai yang berkuasa.

Kelompok hak asasi manusia menuduh Biya melakukan penyiksaan dan intimidasi terhadap lawan-lawannya. Biya telah menghadapi tantangan dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari gerakan pemisahan diri di provinsi berbahasa Inggris Kamerun hingga ancaman di wilayah utara oleh ekstremis yang bersekutu dengan kelompok Boko Haram yang berbasis di Nigeria.

Para kritikus menduga, korupsi telah memperkuat rezim Biya. Uang hasil korupsi diduga diberikan kepada sekutunya di pemerintahan, pasukan keamanan, dan keluarga presiden. Analis politik Aristide Mono mengatakan, perayaan 40 tahun kekuasaan Biya adalah "bagian dari tradisi pengudusan."

“Orang-orang yang bertanggung jawab atas berbagai mobilisasi ini sangat didorong oleh logika klientelisme, karena masing-masing berusaha menunjukkan kesetiaannya, untuk menunjukkan banyak kesetiaan dan kesetiaan,” kata Mono.

Menunjukkan kesetiaan menjadi sangat penting bagi Biya. Putra presiden, Franck Biya, selalu terlihat di sisi ayahnya.  Beberapa orang menduga Franck memposisikan dirinya sebagai calon penerus. Mono mengatakan, ada kekhawatiran kekacauan bisa pecah di Kamerun, yang memiliki lebih dari 200 kelompok etnis berbeda, setelah masa jabatan panjang presiden berakhir.

“Biya belum meluangkan waktu untuk menyiapkan penerus, seseorang yang bisa mewarisi kekuatannya,” kata Mono.

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement