REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Paus Fransiskus mengatakan, gereja Katolik bekerja sebaik mungkin untuk memerangi praktik pelecehan seksual pada anak-anak yang dilakukan oleh oknum pendeta atau pastor. Namun dia mengakui masih ada kekurangan dalam upaya tersebut.
Selama konferensi pers di pesawat dalam perjalanan pulangnya ke Roma setelah melakukan kunjungan empat hari ke Bahrain, Paus Fransiskus mengatakan, pelecehan anak yang terjadi di dalam gereja adalah hal tragis.
“Kami bekerja sebaik mungkin (memerangi pelecehan seksual anak), tapi ada orang-orang di dalam gereja yang tidak melihatnya dengan jelas,” ucapnya, Ahad (6/11/2022), dilaporkan laman Al Arabiya.
Dia pun mengisyaratkan bahwa upaya memerangi pelecehan seksual anak di gereja akan terus dilakukan. “Ini adalah proses berkelanjutan yang kami lakukan dengan berani,” ujar Paus Fransiskus.
Ia menegaskan, gereja akan mengadopsikan pendekatan tanpa toleransi untuk memberangus praktik pelecehan. “Gereja harus malu dengan hal-hal buruk, seraya berterima kasih kepada Tuhan untuk hal-hal yang baik,” kata Paus Fransiskus menambahkan.
Pada November tahun lalu, Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih kepada para jurnalis yang telah mengungkapkan skandal pelecehan seksual di lingkungan gereja. Dia mengisyaratkan dukungannya kepada para korban pelecehan.
“(Saya) berterima kasih atas apa yang Anda beri tahu kepada kami tentang apa yang salah di gereja, untuk membantu kami tak menyembunyikannya di bawah karpet, dan untuk suara yang Anda berikan kepada para korban pelecehan,” ucapnya pada 3 November 2021.
Skandal pelecehan seksual di lingkungan gereja pertama kali diungkap dalam laporan investigasi The Boston Globe pada 2002. Mereka menemukan adanya pola pelecehan sistematis yang dilakukan para pendeta atau pastur terhadap anak-anak di bawah umur. Dalam hasil liputannya, The Boston Globe turut menemukan budaya “menutup-nutupi” yang meluas di internal gereja atas fenomena tersebut.
Sejak terbitnya laporan The Boston Globe, skandal pelecehan seksual di lingkungan gereja muncul di berbagai negara. Paling terbaru terungkap di Prancis. Pada 5 Oktober 2021, French Independent Commission on Sexual Abuse in Church (ICSA) merilis laporan tentang kasus pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi di France’s Catholic Church (FCC) antara tahun 1950-2020.
Dalam laporan setebal 2.500 halaman itu, ICSA mengungkap, selama tujuh dekade terakhir, ada sekitar 216 ribu anak, mayoritas laki-laki, yang menjadi korban pelecehan seksual di lingkungan gereja. Laporan yang disusun dengan menyisir catatan pengadilan, polisi, dan gereja itu menyebut, sekitar 3.200 pastur terlibat sebagai pelaku. Jumlah perkiraan pelaku dinilai masih terlalu rendah.
Paus Fransiskus mengaku malu dan sedih atas terkuaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak di lingkungan gereja Katolik di Prancis. Dia mengundang umat Katolik di negara tersebut mengambil tanggung jawab guna memastikan bahwa gereja adalah rumah yang aman bagi semua orang.
“Saya ingin mengungkapkan kepada para korban kesedihan dan rasa sakit saya atas trauma yang mereka derita. Dan juga rasa malu, rasa malu kami, rasa malu saya atas ketidakmampuan gereja terlalu lama untuk menempatkan mereka (para korban) di pusat perhatiannya,” kata Paus Fransiskus tak lama setelah ICSA menerbitkan laporannya.