REPUBLIKA.CO.ID, TAMBUN -- Setelah dua dekade menjadi pemimpin oposisi, Anwar Ibrahim akhirnya berhasil menjabat sebagai perdana menteri pada 2020. Tapi aliansi pemerintahannya langsung ambruk, menjauhkannya dari posisi tersebut.
Kini Anwar yang berusia 75 tahun kembali berkampanye untuk menyakinkan rakyat Malaysia memilihnya dalam pemilihan nasional pada 19 November. Sebagai upaya mewujudkan mimpinya sebagai perdana menteri.
Dalam kampanyenya ia menggunakan humor, mengutip ayat-ayat al-Quran, dan kisah-kisah Melayu dalam menyerang lawan-lawan politiknya dan merusak kredensial mereka.
"Saya optimistis," kata Anwar pada pekan lalu usai berkampanye di konstituennya di Tambun, barat Malaysia, Jumat (5/11/2022).
Ia mengatakan koalisinya memiliki peluang menang dan mengubah lanskap politik Malaysia yang mayoritas Muslim. "Kami di sini menekankan tata kelola dan anti korupsi dan menyingkirkan rasialisme dan fanatisme agama di negara ini," katanya.
Aliansi Anwar menghadapi dua koalisi lainnya satu dipimpin perdana menteri saat ini Ismail Sabri Yaakob dan satu lagi mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin. Terdapat beberapa partai yang maju termasuk satu partai yang didirikan mantan perdana menteri Mahathir Mohammad.
Banyaknya partai yang mengikuti pemilihan dianggap faktor yang dinilai memecah suara pemilih. Jajak pendapat memprediksi pemilihan tahun ini akan berjalan ketat tanpa ada satu partai atau koalisi yang dapat memenangkan suara mayoritas dengan mudah untuk membentuk pemerintah.
Anwar mendapat dukungan dari masyarakat minoritas etnis Tionghoa dan India yang merupakan sepertiga dari pemilih dan pemilih di perkotaan. Di Kota Tambun, Anwar menarik ratusan orang ke kampanyenya, massa berkumpul di pinggir jalan dan sopir ambulan yang lewat mengacungkan jempol ke Anwar.
Namun ia tidak banyak menarik perhatian masyarakat mayoritas Melayu karena penolakan Anwar terhadap kebijakan yang menguntungkan mereka dan tuduhan sodomi. Anwar menghabiskan sekitar 10 tahun di penjara atas dakwaan sodomi dan korupsi.
Jajak pendapat independen Merdeka Center menunjukkan popularitas Anwar tertinggal dari dua lawannya 8 sampai 12 poin. Meski popularitasnya mulai naik akhir-akhir ini.
Namun koalisi multi-etniknya yang paling banyak didukung pemilih. Sebanyak 26 persen mendukung koalisinya, 31 persen belum memutuskan akan memilih siapa. Koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Ismail berada di posisi kedua dengan 24 persen.