Selasa 08 Nov 2022 14:43 WIB

Filipina Cabut Larangan Kerja ke Saudi

Negosiasi Filipina dan Saudi menghasilkan kesepakatan tentang perlindungan tambahan

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Filipina mencabut larangan penempatan pekerja, termasuk asisten rumah tangga dan pekerja konstruksi ke Arab Saudi
Foto: EPA-EFE / FRANCIS R. MALASIG
Filipina mencabut larangan penempatan pekerja, termasuk asisten rumah tangga dan pekerja konstruksi ke Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Filipina mencabut larangan penempatan pekerja, termasuk asisten rumah tangga dan pekerja konstruksi ke Arab Saudi pada Senin (7/11/2022) waktu setempat. Hal ini diputuskan setelah langkah-langkah diambil untuk mengurangi pelanggaran yang kerap terjadi.

Pejabat buruh berhenti mengirim pekerja ke kerajaan kaya minyak itu setahun yang lalu karena pelanggaran. Adapun pelanggaran itu termasuk tidak membayar upah kepada ribuan pekerja konstruksi Filipina dan ancaman virus corona.

Kepala Departemen Pekerja Migran di Filipina, Susan Ople mengatakan, negosiasi berbulan-bulan dengan pejabat Arab Saudi telah menghasilkan kesepakatan tentang perlindungan tambahan. Itu termasuk penerapan kontrak kerja standar yang memberikan perlindungan asuransi bagi pekerja untuk tidak dibayarnya gaji dan memungkinkan pekerja untuk berganti majikan jika terjadi pelecehan.

"Di bawah kontrak kerja baru yang memastikan perlindungan pekerja yang lebih besar, pekerja kami sekarang dapat menemukan pekerjaan yang menguntungkan di salah satu pasar tenaga kerja terbesar di dunia," kata Ople dalam sebuah pernyataan.

Lebih dari 189 ribu pekerja Filipina dikerahkan ke Saudi pada 2019 sebelum pandemi virus corona melanda. Tujuan utama pekerja Filipina lainnya termasuk Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Inggris.

Sekitar sepersepuluh dari 109 juta orang Filipina bekerja dan tinggal di luar negeri. Sejumlah besar uang yang mereka kirim ke rumah telah membantu menjaga ekonomi yang digerakkan oleh konsumsi negara itu bertahan selama beberapa dekade. Tahun lalu, rekor pengiriman pulang senilai 31 miliar dolar AS mendorong pemulihan ekonomi Filipina, yang merosot dalam resesi terburuk pasca-Perang Dunia II pada 2020 karena penguncian virus corona yang berkepanjangan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement