Mereka telah menghadapi diskriminasi dan represi selama beberapa dekade. Namun pemerintah Iran membantahnya.
Wilayah Sistan-Baluchistan adalah salah satu negara termiskin dan telah menjadi titik ketegangan antara pasukan keamanan Iran diserang dan militan Baluch. Kantor berita aktivis HRANA menyatakan, 330 pengunjuk rasa tewas dalam kerusuhan termasuk 50 anak di bawah umur. Tiga puluh sembilan anggota pasukan keamanan juga tewas, sementara hampir 15.100 orang ditangkap.
Peradilan garis keras Iran akan mengadakan pengadilan publik terhadap sekitar 1.000 orang yang didakwa atas kerusuhan di Teheran. Mereka dituduh melakukan sabotase, menyerang atau membunuh anggota pasukan keamanan atau membakar properti publik. Dalam sebuah pernyataan, pakar hak asasi manusia PBB mendesak otoritas Iran pada Jumat untuk berhenti mendakwa orang dengan tuduhan yang dapat dihukum mati karena berpartisipasi, atau diduga berpartisipasi, dalam demonstrasi damai.
Para ahli, pelapor khusus, menyatakan keprihatinan bahwa perempuan dan anak perempuan yang berada di garis depan protes mungkin menjadi sasaran khusus. Video media sosial yang konon berasal dari Kota Saravan di Sistan-Baluchistan menunjukkan, pengunjuk rasa mengenakan jubah tradisional Baluch dan menyerukan kematian Khamenei.
“Di mana pasukan militer dilatih untuk menembak orang? Hari ini menjadi jelas bahwa orang dibunuh secara tidak adil,” ujar Molavi Abdolhamid, ulama Sunni paling terkemuka Iran dan kritikus pemimpin Syiah Iran dalam khotbah shalat Jumat di Zahedan.
"Pihak berwenang harus mengutuk kejahatan ini, dan mereka yang memerintahkan (peristiwa) Jumat Berdarah dan para pelakunya harus diadili," tambah Abdolhamid.
Televisi pemerintah melaporkan bahwa, komandan pasukan darat Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Mohammad Pakpour, mengatakan pada pertemuan para tetua suku dan pemimpin agama Sunni dan Syiah bahwa, para ulama harus berhati-hati dengan ucapan mereka.