REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Perdana Menteri Australia Anthony Albanese sempat berbicara dengan Perdana Menteri China Li Keqiang di pertemuan Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) di Kamboja. Pembicaraan ini dilakukan di tengah antisipasi pertemuan dengan Presiden Xi Jinping.
Beberapa tahun terakhir hubungan kedua negara semakin memburuk. China memberlakukan sanksi pada sejumlah impor Australia dan merespon dengan negatif seruan Canberra untuk penyelidikan asal virus Covid-19.
Albanese dan Li berbicara dalam pertemuan sela pertemuan ASEAN di Phnom Penh, Kamboja.
"Saya katakan itu konstruktif, itu positif, saya kira yang terjadi itu hal baik, sudah saya katakan berulang kali tentang hubungan dengan China kami harus bekerja sama di mana bidang yang kami bisa," kata Albanese dalam konferensi pers, Ahad (13/11/2022).
"Dan dialog selalu hal bagus," tambahnya.
Perbincangan singkat itu dilakukan di tengah spekulasi kemungkinan pertemuan antara Albanes dan Xi dalam pertemuan 20 perekonomian terbesar dunia di Bali, Indonesia.
Pada Rabu (9/11/2022) lalu pemimpin Australia mengatakan pertemuan dengan Xi akan menjadi perkembangan yang positif setelah hubungan yang intensif beberapa tahun terakhir. Kementerian Luar Negeri Australia pertemuan terakhir pemimpin Australia dengan Xi dilakukan pendahulu Albanese yakni Scott Morrison pada 2019 lalu.
Pemerintah Indonesia mengatakan Xi akan menghadiri pertemuan G20 di Bali.
Albanese juga menggelar pertemuan "konstruktif" dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden selama 40 menit. Ia mengatakan mereka membahas berbagai isu mulai dari perubahan iklim, keamanan kawasan sampai invasi Rusia di Ukraina dan kemitraan AUKUS.
Albanese mengatakan ia mengundang Biden untuk menyampaikan pidato di parlemen ketika Australia menjadi tuan rumah pertemuan Quad tahun depan.
Negosiasi untuk memperbaharui Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru (AANZFTA) juga berhasil disepakati di Phnom Penh. Ia mengatakan peningkatan mencakup aspek perdagangan elektronik, persaingan usaha, prosedur bea cukai, fasilitas perdagangan, perdagangan komoditas dan peraturan asal.
"Hari ini kami membuka lembaran baru yang ambisius untuk menumbuhkan hubungan ekonomi antara ASEAN, Australia dan Selandia Baru," kata Albanese.
Selain Australia dan Selandia baru perjanjian itu yang pertama kali ditandatangani 2009 ini juga disepakati Indonesia, Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.