REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polisi Hong Kong mengatakan pada Selasa (15/11/2022), sedang menyelidiki pemutaran lagu tidak resmi dari protes anti-pemerintah pada final putra turnamen rugby Sevens Series di Korea Selatan akhir pekan ini. Lagu berjudul "Glory to Hong Kong" ditulis pada 2019, tepat ketika protes pro-demokrasi Hong Kong meletus dan dianggap oleh banyak demonstran sebagai lagu kebangsaan mereka.
"Polisi akan menindaklanjuti dengan serius sesuai dengan undang-undang tentang apakah insiden tersebut telah melanggar Peraturan Lagu Kebangsaan atau undang-undang lainnya, termasuk Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong," kata polisi.
Lagu itu dilarang pada 2020 setelah China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong. Dalam sebuah pernyataan, polisi Hong Kong mengatakan, lagu kebangsaan China seharusnya dimainkan pada final pada Ahad (13/11/2022). Dalam laga itu mempertemukan Hong Kong melawan Korea Selatan dalam turnamen yang diselenggarakan Asia Rugby di Incheon.
Asia Rugby yang berdomisili di Hong Kong mengatakan sangat menyesalkan insiden tersebut. Mereka mengaku, insiden terputarnya lagu tersebut adalah kesalahan manusia biasa dari anggota junior panitia lokal yang memutar lagu yang diunduh dari internet alih-alih lagu kebangsaan yang benar.
Setelah pertandingan, permintaan maaf publik diumumkan dalam bahasa Korea dan Inggris di stadion. Kemudian lagu yang benar "The March of the Volunteers" pun akhirnya dimainkan dalam pertandingan yang dimenangkan oleh tim Hong Kong Sevens dengan skor akhir 19-12. Asia Rugby juga mengganti lagu kebangsaan di platform media sosialnya.
Pemimpin Hong Kong John Lee mengatakan, keputusan ada di tangan penyelenggara untuk memastikan bahwa lagu yang benar dimainkan. "Saya percaya polisi akan mengambil tindakan yang tepat," katanya.