Kamis 17 Nov 2022 21:54 WIB

Israel Tempatkan Senjata Robotik Dengan Kendali Jarak Jauh di Tepi Barat

Senjata robotik ini dapat menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Israel menempatkan senjata robotik di dua titik rawan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Senjata robotik ini dapat menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru berujung spons ke pengunjuk rasa Palestina.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Israel menempatkan senjata robotik di dua titik rawan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Senjata robotik ini dapat menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru berujung spons ke pengunjuk rasa Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel menempatkan senjata robotik di dua titik rawan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Senjata robotik ini dapat menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru berujung spons ke pengunjuk rasa Palestina.

Senjata-senjata itu, bertengger di atas kamp pengungsi Palestina yang padat di wilayah pendudukan Tepi Barat. Senjata ini menggunakan kecerdasan buatan untuk melacak target. Israel mengatakan, teknologi senjata robotik ini dapat menyelamatkan nyawa warga Israel maupun Palestina. Tetapi para kritikus menilai, langkah ini adalah upaya Israel menuju realitas distopia. Israel berusaha menyempurnakan pendudukan terbukanya atas orang-orang Palestina dan menjauhkan tentaranya dari bahaya.

Penempatan senjata baru itu datang pada saat ketegangan meningkat di Tepi Barat. Kerusuhan di wilayah pendudukan tersebut meningkat tajam selama tahun ini. Serangan di Tepi Barat pada 2022 disebut paling mematikan sejak 2006.

Sepasang menara kembar yang masing-masing dilengkapi dengan lensa pengawas dan laras senapan, belum ini dipasang di atas menara penjaga. Kamera pengintai juga dipasang di menara yang menghadap ke kamp pengungsi Al-Aroub di Tepi Barat selatan itu.  

Para saksi mata mengatakan, senjata robot itu melepaskan gas air mata atau peluru berujung spons ke arah pengunjuk rasa Palestina yang didominasi kaum muda. Pengunjuk rasa Palestina sebagian besar turun ke jalan-jalan sambil melemparkan batu dan bom molotov ke arah tentara Israel.

Sekitar sebulan yang lalu, militer juga menempatkan robot di dekat Kota Hebron, yang menjadi titik bentrokan antara warga Palestina dengan tentara Israel. Militer Israel menolak mengomentari rencana mereka untuk menyebarkan sistem senjata robotik itu di wilayah lain di Tepi Barat.

Aktivis Palestina Issa Amro mengatakan, warga Hebron khawatir senjata baru itu akan disalahgunakan atau diretas tanpa pertanggungjawaban dalam situasi yang berpotensi mematikan.  Orang-orang juga membenci uji coba senjata yang dilakukan tentara Israel terhadap warga sipil.

“Kami bukan pelatihan dan simulasi untuk perusahaan Israel. Ini adalah sesuatu yang harus dihentikan," ujar Amro.

Senjata robotik itu dioperasikan dengan remote control. Dengan satu sentuhan tombol, tentara yang berada di dalam menara penjaga dapat menembak ke sasaran yang dipilih. Tentara Israel mengatakan, mereka sedang melakukan uji coba senjata robotik itu. Mereka mengeklaim melakukan uji coba dengan senjata yang tidak mematikan, seperti peluru berujung spons dan gas air mata.  Warga Al-Aroub mengatakan, menara telah berulang kali menembakkan gas air mata ke arah kamp pengungsian yang terletak di lereng bukit.

 “Kami tidak membuka jendela, kami tidak membuka pintu. Kami tahu untuk tidak membuka apa pun,” kata seorang penjaga toko, Hussein al-Muzyeen.

Penduduk Al-Aroub mengatakan, mesin-mesin senjata itu menyala tanpa peringatan dan sangat cepat. Seorang siswa, Kamel Abu Hishesh menggambarkan bentrokan hampir terjadi setiap malam. Tentara menyerbu kamp saat senjata otomatis menembakkan gas air mata ke atas dan ke bawah bukit.

 “Itu sangat cepat, bahkan lebih cepat dari tentara,” kata Abu Hishesh, remaja berusia 19 tahun.  

Senjata robot semakin banyak digunakan di seluruh dunia. Senjata yang dikendalikan dari jarak jauh seperti senjata robotik Israel di Tepi Barat telah digunakan oleh Amerika Serikat di Irak, termasuk Korea Selatan di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara. Senjata robotik juga digunakan oleh berbagai kelompok pemberontak Suriah.

Israel, yang dikenal memiliki teknologi militer canggih, adalah salah satu produsen drone top dunia yang mampu meluncurkan rudal yang dipandu dengan presisi. Israel telah membangun pagar di sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza yang dilengkapi dengan radar dan sensor bawah tanah dan bawah air.

Israel menggunakan kendaraan robot, dilengkapi dengan kamera dan senapan mesin, untuk berpatroli di perbatasan.  Militer juga menguji dan menggunakan teknologi pengawasan canggih seperti pengenalan wajah dan pengumpulan data biometrik warga Palestina yang menavigasi rutinitas pendudukan, seperti mengajukan izin perjalanan ke Israel.

“Israel menggunakan teknologi sebagai sarana untuk mengendalikan penduduk sipil,” kata juru bicara kelompok hak asasi Israel B'Tselem, Dror Sadot.

Sadot mengatakan, senjata yang dianggap tidak mematikan seperti peluru spons dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan bahkan mematikan. Menara di Al-Aroub dibangun oleh Smart Shooter, sebuah perusahaan yang membuat sistem pengendalian tembakan. Sistem ini secara signifikan meningkatkan akurasi, senjata mematikan, dan kesadaran situasional senjata kecil. Perusahaan membanggakan kontrak dengan puluhan militer di seluruh dunia, termasuk Angkatan Darat AS.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement