REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penduduk yang lelah akibat banjir di tenggara Australia didesak untuk tetap waspada terhadap banjir besar sepanjang akhir pekan. Sungai yang meluap terus mengalir ke hilir meskipun kondisi cuaca buruk mereda.
Kemarahan memuncak setelah seorang penduduk di salah satu kota yang paling parah terkena dampak di New South Wales wilayah Eugowra bertemu Perdana Menteri negara bagian Dominic Perrottet selama tur ke daerah tersebut. Tayangan televisi menunjukkan, dia menyalahkan pihak berwenang atas bantuan yang lambat dan peringatan yang tertunda.
"Kami tidak punya makanan, tidak ada pakaian, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya karena tidak ada orang di sini. Apa jawaban Anda untuk beberapa hal itu sebelum saya melanjutkan," terdengar pertanyaan dari penduduk Peter Jones kepada Perrottet.
"Itu tidak cukup baik," jawab Perrottet, yang dijawab Jones: "Itu bukan jawaban."
Langit cerah kembali awal pekan ini, tetapi kru darurat mengatakan bahaya belum berlalu. "Risiko signifikan tetap ada," kata Kepala Inspektur layanan darurat New South Wales Ashley Sullivan kepada televisi ABC pada Jumat (18/11/2022).
"Kami akan melihat dampak signifikan selama 24 hingga 48 jam ke depan," ujarnya.
Petugas darurat melanjutkan pencarian dua orang yang diyakini hilang akibat banjir pada Jumat pagi. V mengatakan, Forbes merupakan rumah bagi sekitar 8.000 orang dapat tetap terkena banjir setidaknya selama tiga hari ke depan, saat sungai Lachlan mencapai puncaknya dalam hampir 70 tahun.
Lebih jauh ke hilir di Condobolin dengan populasi sekitar 3.000 penduduk bersiap menghadapi rekor banjir. Menurut Biro Meteorologi, wilayah Hay yang terdapat sungai Murrumbidgee telah melampaui level yang terjadi saat banjir 1974.
Hujan tanpa henti selama tiga hari hingga Senin (14/11/2022), telah mendatangkan malapetaka di barat daya New South Wales. Banjir itu memotong seluruh kota pedesaan, beberapa di wilayah sabuk gandum, untuk kedua kalinya bulan ini dan menyebabkan ratusan evakuasi atap.
Bagian timur Australia telah sering dilanda banjir selama dua tahun terakhir karena peristiwa cuaca La Nina selama bertahun-tahun, biasanya terkait dengan peningkatan curah hujan. Beberapa daerah telah mengalami empat krisis banjir besar sejak tahun lalu.