REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH — Kebakaran besar yang melanda sebuah rumah di utara Kota Gaza menewaskan sedikitnya 21 orang termasuk tujuh anak-anak.
Anggota Hamas, yang mengendalikan daerah kantong Palestina yang diblokade Israel, mengatakan bahwa petugas pemadam kebakaran telah berhasil memadamkan api di Jabalia.
“Kami menerima jenazah setidaknya ada tujuh anak yang tewas,” kata Kepala Rumah Sakit Indonesia di Jabalia, Saleh abu Laila, dilansir dari Alarabiya, Jumat (18/11/2022).
Sementara penyebab kebakaran masih belum diketahui, namun menurut juru bicara unit pertahanan sipil bahwa diduga akibat pasokan bahan bakar yang disimpan dalam rumah.
Otoritas Palestina, di Tepi Barat yang diduduki Israel, wilayah Palestina yang terpisah menawarkan untuk mengirim bantuan.
“Presiden Mahmud Abbas memberikan instruksi untuk mengirimkan semua bentuk bantuan medis dan bantuan lain yang sangat dibutuhkan,” kata pejabat senior PA Hussein Al Sheikh di Twitter.
Dia juga mendesak Israel untuk membuka penyeberangan Erez yang menghubungkan Gaza dengan Israel selatan dan biasanya ditutup pada malam hari.
“Kami meminta pihak Israel untuk membuka penyeberangan Erez untuk mengangkut kasus-kasus berbahaya untuk merawat mereka di luar Jalur Gaza jika perlu,” kata Al Sheikh.
Seorang juru bicara COGAT, unit Kementerian Pertahanan Israel yang mengelola penyeberangan Erez, mengatakan bahwa Israel akan memberikan bantuan sesuai kebutuhan melalui titik transit.
Kerumunan besar orang-orang berkumpul di jalan di luar rumah bertingkat saat kobaran api berkobar, mengirimkan gumpalan asap mengepul keluar dari atas gedung.
Jabalia adalah sebuah kamp pengungsi, tetapi seperti banyak kamp Palestina lainnya, sekarang terdapat bangunan-bangunan besar dan dalam banyak hal menyerupai sebuah kota.
Gaza, berpenduduk padat dengan 2,3 juta orang, telah berada di bawah blokade Israel sejak 2007, tindakan yang menurut Israel diperlukan untuk membendung ancaman dari kelompok bersenjata di jalur itu.
Dengan pasokan listrik yang jarang di wilayah miskin itu, kebakaran rumah tangga biasa terjadi, karena warga Gaza mencari sumber alternatif untuk memasak dan penerangan, termasuk lampu minyak tanah.
Tahun ini Gaza menerima rata-rata 12 jam aliran listrik setiap hari, naik dari hanya tujuh jam lima tahun lalu. Bahaya baru muncul di musim dingin ketika banyak orang membakar batu bara untuk mendapatkan panas.
Hamas mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab asalnya.
Sumber: alarabiya