REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- LSM Save the Children mencatat sekurangnya 92 anak meninggal dunia di Yaman sejak 1 Januari hingga 15 November 2022. Kematian disebabkan oleh dampak konflik dan kondisi perang di negara yang mengalami kekerasan bertahun-tahun.
"Jumlah anak-anak terluka dalam periode yang sama adalah 241," kata organisasi non pemerintah internasional pada kesempatan Hari Anak Sedunia, dikutip laman Anadolu Agency, Senin (21/11/2022).
Save the Children mencatat rata-rata anak terluka per harinya. Mereka juga memperingatkan konflik di Yaman meningkat dan pihak-pihak yang bertikai diminta untuk mencegah serangan dan kekerasan terhadap warga sipil.
Save the Children menunjukkan bahwa kematian anak-anak karena kondisi perang, namun tidak memberikan informasi tentang penyebab kematian anak-anak tersebut. Menurut seorang anak dari daerah Taiz, anak-anak tetap ketakutan bermain di luar atau bahkan berjalan ke sekolah, meski ada gencatan PBB pada Oktober lalu.
"Sebelum gencatan senjata, pikiran kami akan selalu waspada, membayangkan bahwa sebuah peluru bisa jatuh kapan saja," kata Diana (14 tahun) dari Taiz.
"Kami tidak pernah merasa aman. Namun, selama gencatan senjata, kami merasa aman pergi keluar dan bermain serta pergi ke sekolah dan belajar. Kami tahu tidak akan terjadi apa-apa karena ada gencatan senjata," keluhnya.
Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menguasai ibu kota Sana'a dan beberapa wilayah sejak September 2014. Pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi telah mendukung pemerintah Yaman melawan Houthi sejak Maret 2015.