Selasa 22 Nov 2022 01:15 WIB

Penjaga Pantai China Sita Puing Roket dari Angkatan Laut Filipina

Penjaga pantai China secara paksa menyita puing-puing roketnya dari Filipina

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, orang-orang berkumpul di tepi pantai saat mereka menyaksikan roket pembawa Long March 5B Y3, yang membawa modul lab Wentian, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Wenchang di Provinsi Hainan, Tiongkok selatan Minggu, 24 Juli , 2022. Tidak ada kerusakan yang dilaporkan di wilayah Filipina barat, di mana puing-puing dari roket yang mendorong bagian dari stasiun ruang angkasa baru China dilaporkan jatuh, seorang pejabat Filipina mengatakan Senin, 1 Agustus.
Foto: Zhang Liyun/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, orang-orang berkumpul di tepi pantai saat mereka menyaksikan roket pembawa Long March 5B Y3, yang membawa modul lab Wentian, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Wenchang di Provinsi Hainan, Tiongkok selatan Minggu, 24 Juli , 2022. Tidak ada kerusakan yang dilaporkan di wilayah Filipina barat, di mana puing-puing dari roket yang mendorong bagian dari stasiun ruang angkasa baru China dilaporkan jatuh, seorang pejabat Filipina mengatakan Senin, 1 Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Penjaga pantai China secara paksa menyita puing-puing roketnya yang ditarik oleh Angkatan Laut Filipina. Tindakan ini konfrontasi terbaru di Laut China Selatan yang disengketakan.

Komandan militer Filipina Wakil Laksamana Alberto Carlos menyatakan pada Senin (21/11/2022), kapal China itu dua kali memblokir kapal Angkatan Laut Filipina sebelum menyita puing-puing yang ditariknya dari pulau Thitu yang diduduki Filipina pada Ahad (20/11/2022). Dia mengatakan tidak ada yang terluka dalam insiden itu.

Kapal penjaga pantai China telah memblokir kapal pasokan Filipina yang mengirimkan pasokan ke pasukan Filipina di perairan yang disengketakan di masa lalu. Namun menyita objek milik militer negara lain merupakan tindakan yang lebih berani. Itu adalah gejolak terbaru dalam sengketa teritorial yang telah lama memanas di perairan strategis yang melibatkan China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Carlos mengatakan, para pelaut Filipina yang menggunakan kamera jarak jauh di pulau Thitu melihat puing-puing hanyut dalam gelombang kuat di dekat gundukan pasir sekitar 540 meter lepas pantai. Mereka berangkat dengan perahu dan mengambil benda terapung itu dan mulai menariknya kembali ke pulau.

Saat pelaut Filipina melakukan perjalanan kembali ke pulau itu, mereka melihat bahwa kapal penjaga pantai China dengan nomor haluan 5203 mendekati lokasi dan kemudian memblokir jalur yang telah direncanakan sebelumnya dua kali. Kapal penjaga pantai China kemudian mengerahkan perahu karet dengan personel yang secara paksa mengambil benda terapung tersebut dengan memotong tali penarik yang dipasang pada perahu karet pelaut Filipina.

"Para pelaut memutuskan untuk kembali ke pulau mereka, kata Carlos tanpa merinci perstiwa yang terjadi.

China membantah ada penyitaan paksa dan mengatakan puing-puing yang dipastikan berasal dari peluncuran roket China ini diserahkan oleh pasukan Filipina setelah konsultasi persahabatan. Juru bicara Western Command Mayor Cherryl Tindog mengatakan, benda logam mengambang itu tampak mirip dengan sejumlah potongan puing roket China lainnya yang baru-baru ini ditemukan di perairan Filipina. Dia menambahkan bahwa para pelaut Filipina tidak melawan penyitaan itu.

“Kami mempraktikkan toleransi maksimum dalam situasi seperti itu. Karena itu melibatkan objek tak dikenal dan bukan masalah hidup dan mati, tim kami memutuskan untuk kembali," kata Tindog.

Kementerian Luar Negeri China membantah bahwa puing-puing itu disita secara paksa. “Pihak Filipina menyelamatkan dan menarik benda itu terlebih dahulu. Setelah konsultasi ramah di lokasi, pihak Filipina mengembalikan objek tersebut ke China dan China menyatakan penghargaan untuk itu,” kata juru bicara Mao Ning.

"Tidak ada yang namanya intersepsi atau penyitaan paksa di tempat kejadian," ujar Mao.

Puing-puing logam dari peluncuran roket China telah ditemukan di perairan Filipina setidaknya dalam tiga kasus lainnya. Roket yang diluncurkan dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di pulau Hainan China dalam beberapa bulan terakhir telah membawa bahan bangunan dan perlengkapan untuk stasiun luar angkasa berawak China.

Beijing telah dikritik sebelumnya karena membiarkan tahapan roket jatuh ke Bumi tanpa kendali. Badan Antariksa Filipina awal bulan ini mendesak pemerintah untuk meratifikasi perjanjian PBB yang memberikan dasar untuk kompensasi atas kerugian dari puing-puing luar angkasa negara lain.

Sedangkan NASA menuduh China tahun lalu gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab mengenai puing-puing luar angkasa. Kritik ini muncul setelah beberapa bagian dari sebuah roket China mendarat di Samudera Hindia.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement